27 Nov 2014

HUBUNGAN IMEJ TUBUH, PENGETAHUAN GIZI DAN KEBIASAAN OLAHRAGA DENGAN STATUS GIZI



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Manusia adalah mahkluk Tuhan yang paling sempurna. Manusia juga merupakan mahkluk Sosial yang hidupnya saling membutuhkan satu sama lain. Setiap penduduk yang mendiami suatu wilayah pasti memiliki ke unikannya masing-masing mulai dari suku, adat, kebiasaan serta aturan yang berlaku serta berbeda dengan  masyarakat lainnya.
Indonesia sebagai Negara kepulauan yang menjunjung tinggi Bhineka Tunggal Ika adalah Negara unik yang memiliki keanekaragaman suku dan Budaya yang berbeda tetapi tetap bersatu di tengah-tengah perbedaan tersebut.
Antropologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang seluk beluk manusia mulai dari fisik, tingkah laku,kebiasaan,bahasa, budaya serta susunan masyarakat , ternyata telah memberikan kita sebuah pengetahuan tentang perkembangan zaman dan fenomena kehidupan budaya dan masyarakat dari waktu ke waktu sehingga tentunya kita tidak akan pernah lupa akan sebuah perjalanan manusia dari masa lampau hingga sekarang ini. Pada hakekatnya pendidikan merupakan proses transformasi nilai dan kebudayaan dari generasi satu kepada generasi berikutnya, karena itu proses pendidikan akan terkait erat dengan latar belakang budaya tempat proses pendidikan berlangsung. (D. M. Brooks: 1988). Dengan demikian fungsi pendidikan sangat penting dalam melestarikan budaya dan menjadikan manusia berperilaku sesuai dengan nilai, norma, dan budaya lokal, sehingga manusia masih memiliki wawasan budaya setempat tanpa harus melupakan budaya aslinya. Secara tidak langsung pendidikan berbasis budaya lokal akan mempengaruhi pola pikir dan membentuk manusia seutuhnya.
Praktik di lapangan, bahwa kurikulum pendidikan mencerminkan sentralisasi. Sentralisasi kurikulum pendidikan merupakan cerminan akan kurangnya penghayatan pentingnya landasan antropologi dalam pendidikan secara mendalam, khususnya kurikulum ilmu-ilmu sosial dan humaniora. Disatu pihak, setralisasi kurikulum akan memudahkan pembakuan proses belajar, namun tanpa memperhatikan latar belakang budaya daerah, keluaran pendidikan tersebut tidak akan terserap kembali ke dalam masyarakat. Adanya kebijakan dan upaya pengembangan kurikulum sekolah merupakan salah satu perwujudan akan pentingnya tinjauan latar sosial antropologi dalam pendidikan. Berdasarkan uraian di atas, maka penyusun akan membahas secara lengkap tentang landasan antropologi dalam pendidikan di masa yang terdahulu sampai saat ini. Tujuannya agar pendidikan di Indonesia tetap memahami keanekaragaman budaya setempat dan tidak menghilangkan nilai luhur, norma, serta etika dalam mencapai tujuan pendidikan nasional.

B.    Tujuan
·        Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Antropologi Olahraga di Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Makassar.
·        Untuk dapat memahami arti antropologi secara umum dan antropologi ragawi secara khusus serta kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari

C.    Rumusan Masalah
·         Pengertian Antropologi secara umum dan Antropologi Ragawi
·         Perkembangan Ilmu Antropologi Ragawi
·         Kegunaan Ilmu Antropologi Ragawi
.          Hubungan Ilmu Antropologi Dengan Ilmu-Ilmu Lainnya


D.    Pembatasan Masalah

Dalam pembuatan makalah ini kami membatasi masalah yang dikaji adalah hanya sebatas tentang Ruang Lingkup Antropologi secara umum dan Antropologi ragawi secara khusus serta kegunaan ilmu antropogi dalam masyarakat di kehidupan sehari hari.

BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Antropologi Secara Umum dan Atropologi Ragawi

§  Antropologi berasal dari bahasa yunani yaitu Antropos(manusia),dan logos(ilmu atau studi).secara etimologis antropologi adalah ilmu atau studi tentang manusia baik secara biologis maupun makhluk sosial.selain pengertian diatas dibawah ini akan dijelaskan pengertian antropologi menurut para ahli,diantaranya adalah:
a.       Haviland(1985)
      Antropologi adalah studi tentang manusia dan perilakunya dan melaluinya diperoleh pengertian lengkap tentang keanekaragaman manusia
b.      Kamus Antropologi Ariyono Suyono(1985)
      Antropologi diartikan sebagai suatu ilmu yang berusaha mencapai pengertian tentang makhluk manusia dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik, kepribadian, masyarakat dan kebudayaanya
c.       Koentjaraningrat(1990)
Antropologi memperhatikan lima masalah mengenai makhluk manusia yaitu :
1.masalah perkembangan manusia sebagai makhluk biologis.
2.masalah sejarah terjadinya aneka warna manusia dipandang dari sudut ciri-ciri tubuhnya.
3.masalah sejarah asal, perkembangan serta penyebaran berbagai macam bahasa di seluruh dunia.
4.masalah persebaran dan terjadinya aneka warna kebudayaan manusia di seluruh dunia.
5.masalah dasar-dasar dan aneka warna kebudayaan manusia dalam kehidupan masyarakat-masyarakat dan suku-suku bangsa yang tersebar di seluruh bumi pada zaman sekarang ini.
§  Antropologi Ragawi sering disebut juga Antropologi biologi ,yaitu ilmu yang mempelajari sejarah perkembangan (evolusi) manusia dan perkembangan aneka warna makhluk manusia dilihat secara biologi.Yang termasuk kedalam antropologi ragawi ialah paleo-antopologi dan antropologi fisik.
a. Paleo-Antropologi
Paleo antopologi ialah bagian dari antropologi ragawi yang memusatkan perhatiannya pada penelitia Asal –usul dan perkembangan makhluk manusia dengan cara mempelajari fosil manusia dari zaman dahulu. Fosil yaitu sisa tulang belulang manusia atau hewan yang sudah membatu dan terkubur dalam lapisan bumi. Dari fosil ini, para ahli mempelajari varitas manusia yang tidak ada lagi hidup di dunia serta tentang makhluk lain yang masih erat hubungannya dengan manusia moderen.
B.            Sejarah Perkembangan Antropologi Ragawi
Antropologi Ragawi terrmasuk ilmu yang paling tidak dikenal di masyarakat kita. Tulisan-tulisan yang informatif di majalah atau harian masih terbatas, kalau ada itupun hasil tulisan pengantar.
Pada perkembangannya ilmu Ragawi termasuk salah satu ilmu yang banyak mendapatkan perhatian pada pertengahan abad 19 sampai pada awal abad 20. Hal ini memungkinkan pengaruh perkembangan keilmuannya sendiri, khususnya Antropologi. Semenjak sejarah mencatat adanya PD II ilmu ini termasuk yang paling banyak memberikan sumbangan pada metode dan analisanya terhadap dampak perang dan perkembangan selanjutnya, dimana masa itu terjadi perubahan yang signifikan terkait dengan faktor historis dan fisiologis. Akan tetapi ini hanyalah masalah minat.
Lalu bagaiamana dengan perkembangan selanjutnya yang membuka kemungkinan terhadap anak cabang ilmu Ragawi yang sejauh ini cukup bisa dikatakan mendapatkan perhatian dari para pakar Ragawi. Menarik minat yang disebutkan diatas, antara lain hal yang bersifat informatif dan dapat dibaca oleh semua kalangan adalah hal yang lumrah mengingat kebutuhan masyarakat post industri akan adanya kebutuhan dalam meningkatkan kesadaran akan informasi.
Bagaimanapun juga ilmu Antropologi tidak terlepas dari perkembangan ilmu masyarakat yang melihat aspek-aspek sosial-budaya. Ini merupakan langkah awal dalam melihat ilmu Ragawi sebagai ilmu yang tidak cenderung populer. Sesuai dengan maksud dan tujuan tulisan ini, dapat di sari kan bagaimana ilmu Ragawi sebagai ilmu yang cukup populer. Misalnya saja tulisan-tulisan populer mengenai salah satu penemuan kerangka-kerangka Homo Floroensis di Flores pada tahun 2005 dalam ekskavasi yang dilakukan atas kerjasama berbagai pihak yang terkait. (diskusi Antropologi Ragawi Unair, 2005)

Menarik minat merupakan salah satu tujuan untuk mendapatkan kader dalam pelbagai cabang ilmu pengetahuan. Mengingat Antropologi obyek penelitiannya manusia, tentu saja minat tak mungkin tumbuh demikian saja tanpa mengenalnya, juga kenal belum menjamin untuk menjadi berminat. Banyak orang yang semula belajar biologi dan ilmu eksakta tetapi kemudian lebih bangga menjadi tokoh politik atau pejabat administratif. Ini mungkin merupakan sekedar contoh yang relevan saat sekarang. Kita bisa melihat mulai kapan pendidikan formal kita mengenalkan terbentuknya jenis kelamin manusia berdasarkan aspek biologis.

Menanamkan kesadaran akan arti ilmu dan mendidik mereka adalah suatu hal yang sulit, tetapi ini jelas penting. Pelbagai aktivitas ilmiah dalam bidang Antropologi umumnya, mulai dari lingkungan dan sistem nilai yang dimiliki oleh kebudayaan tertentu merupakan hasil perpaduan dari peristiwa-peristiwa fisik-biologis dan sosial-budaya. Maka kooperasi mereka penting sekali, lebih-lebih manusia dalam dunia yang terus mengalami perkembangan serta dinamika di dalamnya.

Aktivitas kegiatan hidup manusia mengakibatkan perubahan-perubahan terhadap lingkungannya, dan perubahan lingkungan ini membawa akibat pula bagi kehidupan manusia.
Manusia dengan berbagai aktivitasnya melihat lingkungan sebagai bagian proses menghidupi dan lingkungan menyediakan kebutuhan akan produksi.
C.      Kegunaan Ilmu Atropologi Ragawi

      Antropologi memang merupakan studi tentang umat manusia. Ia tidak hanya sebagai suatu disiplin ilmu yang bersifat akademis, tetapi juga merupakan suatu cara hidup yang berusaha menyampaikan kepada para mahasiswa apa yang telah diketahui orang (Haviland,1999:19). Dalam arti yang sedalam-dalamnya, banyak sesuatu yang mungkin mustahil sebab apa yang diketahui dengan cara hidup bersama dengan mempelajari orang lain di dunia yang asing, bukan hanya orang-orang asing itu, tetapi akhirnya pun tentang diri sendiri. Oleh karena itu, kerja lapangan dalam antropologi sungguh-sungguh merupakan suatu inisiasi karena menimbulkan suatu transformasi. Begitu pun dengan pengalaman karena memberi kemungkinan-kemungkinan untuk pengungkapan diri (self-expression) dan cara hidup baru yang menuntut suatu penyesuaian baru kepada segala sesuatu yang aneh, tidak menyenangkan, asing, serta memaksa orang untuk mengembangkan potensi-potensi yang mungkin tidak akan pernah menjadi kenyataan dalam kehidupan biasa (Haviland,1999:20).
    Sebagai ilmu tentang umat manusia, antropologi melalui pendekatan dan metode ilmiah berusaha menyusun sejumlah generalisasi yang bermakna tentang manusia dan perilakunya, dan untuk mendapat pengertian yang tidak apriori serta prejudice tentang keanekaragaman manusia. Kedua bidang besar dari antropologi adalah antropologi fisik dan budaya. Antropologi fisik memusatkan perhatiannya pada manusia sebagai organisme biologis yang tekanannya pada upaya melacak evolusi perkembangan manusia dan mempelajari variasi-variasi biologis dalam species manusia. Sedangkan antropologi budaya berusaha mempelajari manusia berdasarkan kebudayaannya. Dimana kebudayaan dapat merupakan peraturan-peraturan atau norma-norma yang berlaku dalam masyarakat (Haviland, 1999:21).
     Diantara ilmu-ilmu sosial dan alamiah, antropologi memiliki kedudukan, tujuan, dan manfaat yang unik karena bertujuan dan bermanfaat dalam merumuskan penjelasan-penjelasan tentang perilaku manusia yang didasarkan pada studi atas semua aspek biologis manusia dan perilakunya di semua masyarakat, dan bukan hanya masyarakat Eropa dan Amerika Utara saja. Oleh karena itu, seorang ahli antropologi menaruh perhatian banyak atas studinya terhadap bangsa-bangsa non-Barat.
    Selain itu antropologi bermaksud mempelajari umat manusia secara objektif dan sistematis (Kapplan dan Manners, 1999:33). Seorang ahli antropologi dituntut harus mampu menggunakan metode-metode yang mungkin juga digunakan  oleh para ilmuwan lain dengan mengembangkan hipotesis atau penjelasan yang dianggap benar, menggunakan data lain untuk mengujinya, dan akhirnya menemukan suatu teori, yaitu suatu sistem hipotesis yang telah teruji. Sedangkan data yang digunakan ahli antropologi dapat berupa data dari suatu masyarakat atau studi komparatif di antara sejumlah besar masyarakat.


D.        Hubungan Ilmu Antropologi Dengan Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya

        Mengenai hubungan antropologi dengan ilmu-ilmu sosial lainnya, Koentjaraningrat (1981: 35-41) mengemukakan sebagai berikut:
1.      Hubungan antropologi dengan sosiologi,
Sepintas lalu lebih banyak ke arah kesamaannya. Namun demikian sosiologi yang pada mulanya merupakan bagian dari ilmu filsafat, sejak lahirnya sosiologi oleh Auguste Comte (1789-1857), ilmu tersebut bercirikan positivistik yang objek kajiannya adalah masyarakat dan perilaku sosial manusia dengan meneliti kelompok-kelompoknya. Kelompok tersebut mencakup; keluarga, etnis maupun suku bangsa, komunitas pemerintahan, dan berbagai organisasi sosial, agama, politik, budaya, bisnis dan organisasi lainnya (Ogburn dan Nimkoff, 1959: 13; Horton dan Hunt, 1991: 4). Sosiologi juga mempelajari perilaku dan interaksi kelompok, menelusuri asal-usul pertumbuhannya serta menganalisis pengaruh kegiatan kelompok terhadap para anggotanya. Dengan demikian sebagai obyek kajian sosiologi adalah masyarakat manusia terutama dengan fokus melihatnya dari sudut hubungan antar manusia, dan proses-proses yang timbul dari hubungan manusia dalam masyarakat.
Demikian juga antropologi, yang berarti “ilmu tentang manusia’. Dahulu istilah ini itu dipergunakan dalam arti yang lain yaitu “ilmu tentang ciri-ciri tubuh manusia” (malahan pernah juga dalam arti “ilmu anatomi”. Dalam perkembangannya istilah antropologi juga sering disejajarkan dengan ethnologi walaupun bebeda. Cultural anthropology akhir-akhir ini dipakai di Amerika Serikat dan negara-negara lain termasuk Indonesia, untuk menyebut bagian antropologi dalam kajian non-fisik (budayanya).
Dalam antropologi budaya inilah mempelajari gambaran tentang perilaku manusia dan konteks sosial-budayanya. Jika saja sosiologi orientasinya memusatkan perhatian secara khusus kepada orang yang hidup di dalam masyarakat modern, sehingga teori-teori mereka tentang perilaku manusia cenderung “terikat pada kebuadayaan tertentu (culture-bound); artinya teori-teori ini didasarkan atas asumsi-asumsi tentang dunia dan realitas yang sebenarnya merupakan bagian dari kebudayaan Barat mereka sendiri, biasanya kebudayaan versi kelas menengah, yang dikhususkan untuk orang-orang profesi. Sebaliknya antropologi budaya berusaha mengurangi masalah keterikatan teori kepada kebudayaan tertentu dengan cara mempelajari seluruh umat manusia dan tidak membatasi diri kepada studi tentang bangsa-bangsa Barat; para ahli antropologi menyimpulkan bahwa untuk memperoleh pengertian yang memadai tentang perilaku manusia, karena itu seluruh umat manusia harus dipelajari (Haviland, 1999: 12). Barangkali lebih daripada ciri-ciri lain, yang mebedakan antropologi budaya dari ilmu-ilmu sosial lainnya itu ialah perhatiannya kepada masyarakatmasyarakat non-Barat.

2.      Hubungan antropologi dengan psikologi
Hal ini nampak karena dalam psikologi itu pada hakekatnya mempelajari perilaku manusia dan proses-proses mentalnya. Dengan demikian dalam psikologi membahas faktor-faktor pnyebab perilaku manusia secara internal (seperti motivasi, minat, sikap, konsep diri, dan lain-lain). Sedangkan dalam antropologi khususnya antropologi budaya itu lebih bersifat faktor eksternal (lingkungan fisik, lingkungan keluarga, lingkungan sosial dalam arti luas). Kedua unsur itu saling berinteraksi satu sama lain yang menghasilkan suatu kebudayaan melalui proses belajar. Dengan demikian keduaduanya memerlukan interaksi yang intens untuk memahami pola-pola budaya masyarakat tertentu secara bijak. Tidak mungkin kita dapat memahami mengapa fenomena Oedipus Complex itu tidak universal seperti yang diteorikan Freud ? Di sinilah B. Malinowski meneliti pemahan psikologi yang disertai kajian budaya yang mendalam telah membantah teori psikoanalistis murni (Koentjaraningrat, 1987: 170-171). Selain itu juga ia telah berhasil mengembangkan teori fungsionlisme yng bersifat sintesis psikologi-kultural, yang isinya bahwa segala aktivitas kebudayaan itu sebenarnya bermaksud memuaskan suatu rangkaian dari sejumlah kebutuhan naluri manusia yang berhubungan dengan seluruh kehidupannya.
3.      Hubungan antropologi dengan ilmu sejarah
Lebih menyerupai hubungan antara ilmu arkheologi dengan antropologi. Antropologi memberi bahan prehistory sebagai pangkal bagi tiap penulis sejarah dari tiap penulis sejarah dari tiap bangsa di dunia. Selain itu, banyak persoalan dalam historiografi dari sejarah sesuatu bangsa dapat dipecahkan dengan metodemetode antropologi. Banyak sumber sejarah berupa prasasti, dokumen, naskah tradisional, dan arsip kuno, di mana pernannya sering hanya dapat memberi peristiwa-peristiwa sejarah yang terbatas kepada bidang politik saja. Sebaliknya, seluruh latar belakang sosial dari peristiwa-peristiwa politik tadi sukar diketahui hanya dari sumber-sumber tadi. Konsep konsep tentang kehidupan masyarakat yang dikembangkan oleh antropologi dan ilmu-ilmu sosial lainnya, akan memberi pengertian banyak kepada seorang ahli sejarah untuk mengisi latar belakang dari peristiwa politik dalam sejarah yang menjadi objek penyelidikannya.
Demikian juga sebaliknya bagi para ahli antropologi jelas memerlukan sejarah, terutama sekali sejarah dari suku-suku bangsa dalam daerah yang didatanginya. Sebab sejarah itu diperlukan terutama guna memecahkan masalah-masalah yang terjadi karena masyarakat yang diselidikinya mengalami pengaruh dari suatu kebudayaan dari luar. Pengertian terhadap soal-soal tadi baru dapat dicapai apabila sejarah tentang proses pengaruh tadi diketahui juga dengan teliti. Selain itu untuk mengetahui tentang sejarah dari suatu proses perpaduan kebudayaan, seringkali terjadi bahwa sejarah tadi masih harus direkonstruksi sendiri oleh seorang peneliti. Dengan demikian seorang sarjana antropologi seringkali harus juga memiliki pengetahuan tentang metode-metode sejarah untuk merekonstruksi sautu sejarah dari suatu rangkaian peristiwa sejarah.

4.      Hubungan antropologi dengan ilmu geografi
Dalam hal ini kita bisa melihat bahwa Geografi atau ilmu bumi itu mencoba mencapai pengertian tentang keruangan (alam dunia) ini dengan memberi gambaran tentang bumi serta karakteristik dari segala macam bentuk hidup yang menduduki muka bumi. Di antara berbagai macam bentuk hidup di bumi yang berupa flora dan fauna itu terdapat mahluk manusia di mana ia mahluk manusia tersebut juga beraneka ragam sifatnya di muka bumi ini. Di sinilah antropologi berusaha menyelami keanekaragaman manusia jika dilihat dari ras, etnis, maupun budayanya (Koentjaraningrat,1981: 36).
Begitu juga sebaliknya, seorang sarjana antropologi sangat memerlukan ilmu geografi, karena tidak sedikit masalah-masalah manusia baik fisik maupun kebudayaannya tidak lepas dari pengaruh lingkungan alamnya.

5.      Hubungan antropologi dengan ilmu ekonomi
Kekuatan, proses dan hukum-hukum ekonomi yang berlaku dalam aktivitas kehidupan ekonominya sangat dipengaruhi sistem kemasyarakatan, cara berpikir, pandangan dan sikap hidup dari warga masyarakat pedesaan tersebut. Masyarakat yang demikian itu, bagi seorang ahli ekonomi tidak akan dapat mempergunakan dengan sempurna konsepkonsep serta teori-teorinya tentang kekuatan, proses, dan hukum-hukum ekonomi tadi (yang sebenarnya dikembangkan dalam masyarakat Eropa-Amerika serta dalam rangka ekonomi internasional), jika tanpa suatu pengetahuan tentang sistem sosialnya, cara berpikir, pandangan dan sikap hidup dari warga masyarakat pedesaan tadi. Dengan demikian seorang ahli ekonomi yang akan membangun ekonomi di negara-negara serupa itu tentu akan memerlukan bahan komparatif mengenai, misalnya; sikap terhadap kerja, sikap terhadap kekayaan, sistem gotong-royong, dan sebagainya yang menyangkut bahan komparatif tentang berbagai unsure dari sitem kemasyarakatan di negara-negara tadi. Untuk pengumpulan keterangan komparatif tersebut ilmu antropologi memiliki manfaat yang tinggi bagi seorang ekonom.

6.      Hubungan  antropologi dengan ilmu politik
Hal ini bisa dilihat bahwa ilmu politik telah memperluas kajiannya pada hubungan antara kekuatan-kekuatan serta proses-proses politik dalam segala macam negara dengan berbagai macam sistem pemerintahan, sampai masalah-masalah yang menyangkut latar belakang sosial budaya dari kekuatan-kekuatan politik tersebut. Hal ini penting jika seorang ahli ilmu politik harus meneliti maupun menganalisis kekuatan-kekuatan politik di negara-negara yang sedang berkembang.
Dalam hal ini bisa diambil contoh; jika dalam suatu negara berkembang seperti Indonesia, terdapat suatu partai politik berdasarkan ideologi Islam misalnya, maka cara-cara partai itu berhubungan, bersaing, atau bekerja sama dengan partai-partai lain atau kekuatan-kekuatan politik lainnya di Indonesia, tidak hanya akan ditentukan oleh norma-norma dan metode perjuangan kepartaian yang lazim. Ditambah dengan prinsip-prinsip dan ideologi agama Islam, melainkan juga oleh latar belakang, sistem norma, dan adat-istiadat tradisional dari suku bangsa dari para pemimpin atau anggota partai, yang seringkali menyimpang dari ketentuan-ketentuan norma kepartaian dan ideologi Islam. Agar dapat memahami latar belakang dan adat istiadat tradisional dari suku bangsa itulah, maka metode analisis antropologi menjadi penting bagi seorang ahli ilmu politik untuk mendapat pengertian tentang tingkah-laku dari partai politik yang ditelitinya.
Tentunya seorang ahli antropologi dalam hal mempelajari suatu masyarakat guna menulis sebuah deskripsi etnografi tentang masyarakat itu, pasti akan menghadapi sendiri pengaruh kekuatan-kekuatan dan proses politik lokal serta aktivitas dari cabang-cabang partai politik nasional. Dalam menganalisis fenomena-fenomena tersebut, ia perlu mengetahui konsep-konsep dan teori-teori dalam ilmu politik yang ada.










BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan

Sebagai kesimpulan, Antropologi mempelajari semua mahluk manusia yang pernah hidup pada semua waktu dan semua tempat yang ada di muka bumi ini. Mahluk manusia ini hanyalah satu dari sekian banyak bentuk mahluk hidup yang ada di bumi ini yang diperkirakan muncul lebih dari 4 milyar tahun yang lalu.
Antropologi bukanlah satu satunya ilmu yang mempelajari manusia. Ilmu ilmu lain seperti ilmu Politik yang mempelajari kehidupan politik manusia, ilmu Ekonomi yang mempelajari ekonomi manusia atau ilmu Fisiolo gi yang mempelajari tubuh manusia dan masih banyak lagi ilmuilmu lain, juga mempelajari manusia. Tetapi ilmu-ilmu ini tidak mempelajari atau melihat manusia secara menyeluruh atau dalam ilmu Antropologi disebut dengan Holistik, seperti yang dilakukan oleh Antropologi. Antropologi berusaha untuk melihat segala aspek dari diri mahluk manusia pada semua waktu dan di semua tempat, seperti: Apa yang secara umum dimiliki oleh semua manusia? Dalam hal apa saja mereka itu berbeda? Mengapa mereka bertingkah-laku seperti itu? Ini semua adalah beberapa contoh pertanyaan mendasar dalam studi-studi Antropologi.
Seperti ilmu-ilmu lain, Antropologi juga mempunyai spesialisasi atau pengkhususan. Secara umum ada 3 bidang spesialisasi dari Antropologi, yaitu Antropologi Fisik atau sering disebut juga dengan istilah Antropologi Ragawi. Arkeologi dan Antropologi Sosial -Budaya.
Selain itu, Dalam setiap masyarakat, oleh para anggotanya dikembangkan sejumlah pola-pola budaya yang ideal dan pola-pola ini cenderung diperkuat dengan adanya pembatasan-pembatasan kebudayaan. Pola-pola kebudayaan yang ideal itu memuat hal-hal yang oleh sebagian besar dari masyarakat tersebut diakui sebagai kewajiban yang harus dilakukan dalam keadaan -keadaan tertentu. Pola-pola inilah yang sering disebut dengan norma -norma, Walaupun kita semua tahu bahwa tidak semua orang dalam kebudayaannya selalu berbuat seperti apa yang telah mereka patokkan bersama sebagai hal yang ideal tersebut. Sebab bila para warga masyarakat selalu mematuhi dan mengikuti norma-norma yang ada pada masyarakatnya maka tidak akan ada apa yang disebut dengan pembatasan-pembatasan kebudayaan. Sebagi an dari pola-pola yang ideal tersebut dalam kenyataannya berbeda dengan perilaku sebenarnya karena pola-pola tersebut telah dikesampingkan oleh cara-cara yang dibiasakan oleh masyarakat.
Pandangan yang lain mengasosiasikan Antropologi dengan teori Evolusi dan mengenyampingkan kerja dari Sang Pencipta dalam mempelajari kemunculan dan perkembangan mahluk manusia. Masyarakat yang mempunyai pandangan yang sa ngat keras terhadap penciptaan manusia dari sudut agama kemudian melindungi bahkan melarang anak -anak mereka dari Antroplogi dan doktrin-doktrinnya. Bahkan masih banyak orang awam yang berpikir kalau Antropologi itu bekerja atau meneliti orang -orang yang aneh dan eksotis yang tinggal di daerah -daerah yang jauh dimana mereka masih menjalankan kebiasaan-kebiasaan yang bagi masyarakat umum adalah asing.

B.     Saran
Kami sadar sepenuhnya, bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan masukan dari para pembaca sekalian. Atas perhatiannya saya mengucapkan banyak terima kasih.






































DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL   …………………………………………………………………..
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………….
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………

BAB I  : PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
B.     Tujuan
C.     Rumusan Masalah
D.    Pembatasan Masalah

BAB II : PEMBAHASAN
  1.        Pengertian Antropologi secara umum dan Antropologi Ragawi
  2.        Perkembangan Ilmu Antropologi Ragawi
  3.        Kegunaan Ilmu Antropologi Ragawi
  4.        Hubungan Ilmu Antropologi Dengan Ilmu-Ilmu Lainnya

BAB III : PENUTUP
  1.     Kesimpulan
  2.     Sa


DAFTAR PUSTAKA


http://awanputihdilangitsenja.blogspot.com/2012/09/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html
http://hondacbmodifikasi.com/pengertian-arti-antropologi-ragawi/
http://antrounair.wordpress.com/2008/04/03/antro-ragawi-paling-tak-dikenal-popularitas-tulisan-antropologi-ragawi/
http://sukrigazali.blogspot.com/2013/01/makalah-antropologi.html






















KATA PENGANTAR

      Puji syukur kehadirat Allah SWT yang sudah memberi taufik, hidayah, serta inayahnya sehingga kita semua masih bisa beraktivitas sebagaimana seperti biasanya termasuk juga dengan penulis, hingga penulis bisa menyelesaikan tugas pembuatan makalah untuk mata kuliah Antropologi olahraga dengan judul “Antropologi Ragawi “
     Penulis juga tak lupa mengucapkan banyak terima kasih pada rekan-rekan semua yang sudah memberikan masukan kepada penulis supaya penulis bisa membuat karya ilmiah sesuai dengan ketentuan yang berlaku hingga jadi sebuah karya ilmiah yang baik dan benar.
Semoga makalah ini bisa bermanfaat untuk para pembaca serta memperluas wawasan mengenai pentingnya ilmu antropologi ragawi serta seluk beluknya.Dan tidak lupa pula penulis mohon maaf atas kekurangan di sana sini dari makalah yang penulis buat ini. Mohon kritik serta sarannya.Terimakasih




                                                                                                  Penulis












Tugas Individu


ANTROPOLOGI RAGAWI








AMRAN, S.Pd
12B04018




PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSTAS NEGERI MAKASSAR
2014

Baca selengkapnya »