Tugas : Makalah Individu
Mata
Kuliah : Etika Dan Moral Dalam Pengajaran Penjas &
Olahraga
ETIKA DAN MORAL DALAM MENGAJAR
PENDIDIKAN JASMANI YANG BERKARAKTER BANGSA
NAMA : AMRAN
KELAS : A
PRODI : PENJAS DAN OLAHRAGA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
DAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUl ....................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang ......................................................... iii
BAB II ETIKA
DAN MORAL
A. Hakikat
Etika ....................................................... 1
B. Hakikat
Moral ....................................................... 1
C. Hakikat
Karakter ....................................................... 2
D. Hakikat
Olahraga Dan Pendidikan Jasmani ................ 2
E. Pengajaran
Etika dan Moral Melalui Pendidikan Jasmani. 3
F. Etika
dan Moral Dalam Kehidupan Berbangsa ........... 4
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................... 6
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 7
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pendidikan Jasmani merupakan bagian integral dari
pendidikan secara keseluruhan, sehingga pendidikan jasmani memiliki arti yang
cukup representatif dalam mengembangkan manusia dalam persiapannya menuju
manusia Indonesia seutuhnya. Pendidikan jasmani di Indonesia memiliki tujuan
kepada keselarasan antara tubuhnya badan dan perkembangan jiwa, dan merupakan
suatu usaha untuk membuat bangsa indonesia yang sehat lahir dan batin,
diberikan kepada segala jenis sekolah.Pendidikan
dalam semua jenjang dan mata pelajaran sebagai alat untuk
menumbuhkan saling pengertian dan
cinta damai pada para siswa dan masyarakatnya. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang
sudah mencapai tahap yang sangat
maju, telah merubah pola para remaja dan anak-anak, pada gaya hidup yang
semakin menjauh dari semangat perkembangan
total, karena lebih mengutamakan keunggulan kecerdasan intelektual, sambil
mengorbankan kepentingan keunggulan fisik dan moral individu. Dalam kondisi demikian,
patutlah kita mempertanyakan kembali peranan dan fungsi pendidikan, khususnya pendidikan jasmani.
Pendidikan jasmani mempunyai tujuan pendidikan
sebagai (1) perkembangan organ-organ
tubuh untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran jasmani, 2)
perkembangan neuro muskuler, 3)
perkembangan mental emosional, 4) perkembangan sosial dan 5) perkembangan intelektual.
Tujuan akhir olahraga dan pendidikan
jasmani terletak dalam peranannya sebagai wadah unik penyempurnaan
watak, dan sebagai wahana untuk
memiliki dan membentuk kepribadian yang kuat, watak yang baik dan sifat yang mulia; hanya orang-orang
yang memiliki kebajikan moral
seperti inilah yang akan menjadi warga masyarakat yang berguna (Baron Piere
de Coubertin).Fenomena dalam pendidikan jasmani saat ini, banyak
anak yang enggan mengikuti pelajaran pendidikan jasmani karena terkesan
membosankan dan menjemukan. Masalah Etika dan Moral Pendidikan jasmani dan
olahraga adalah laboratorium bagi pengalaman manusia, karena dalam pendidikan
jasmani menyediakan kesempatan untuk memperlihatkan mengembangan karakter.
Pengajaran etika dalam pendidikan jasmani biasanya dengan contoh atau perilaku.
Pengajar tidak baik berkata kepada muridnya untuk memperlakukan orang lain
secara adil kalau dia tidak memperlakukan muridnya secara adil. Selain dari
pada itu pendidikan jasmani dan olahraga begitu kaya akan pengalaman emosional.
Aneka macam emosi terlibat di dalamnya. Kegiatan pendidikan jasmani dan
olahraga yang berakar pada permainan, ketrampilan dan ketangkasan memerlukan
pengerahan energi untuk menghasilkan yang terbaik
iii
BAB
II
ETIKA
DAN MORAL
A.
HAKIKAT
ETIKA
Istilah
etika dan moral secara etimologis, kata ethics berasal dari kata Yunani,ethike
yang berarti ilmu tentang moral atau karakter. Studi tentang etika itu
secara khas sehubungan dengan
prinsip kewajiban manusia atau studi tentang semua kualitas mental dan moral yang membedakan seseorang atau suku bangsa. Moral
berasal dari kata Latin, mos dan
dimaksudkan sebagai adat istiadat atau tata krama (Rusli Lutan, 2001). Etika tidak mempunyai pretensi
untuk secara langsung dapat membuat manusia
menjadi lebih baik. Etika adalah pemikiran sistematis tentang moralitas, dimana yang dihasilkannya secara
langsung bukan kebaikan, melainkan suatu
pengertian yang lebih mendasar dan kritis. (Franz MagnisSuseno,1989). Lebih
lanjut dikatakan bahwa etika adalah
sebuah ilmu, bukan sebuah ajaran. Jadi etika dan ajaranajaran moral tidak berada di tingkat yang
sama. Untuk memahami etika, maka kita harus
memahami moral. Dalam etika mengembangkan diri, Orang hanya dapat menjadi manusia utuh kalau semua nilai
atas jasmani tidak asing baginya, yaitu nilainilai kebenaran dan pengetahuan, kesosialan, tanggung jawab moral,
estetis danreligius. Suatu usaha
sangat berharga untuk menyusun nilai-nilai dan menjelaskan makna bagi manusia dilakukan oleh Max Scheler dikemukan sebagai
berikut: mengembangkan diri,
melepaskan diri dan menerima diri
B. HAKIKAT MORAL
Moral
berasal dari kata Latin,mos dan dimaksudkan sebagai adatistiadat atau tata
krama. (Rusli Lutan)Etika tidak mempunyai pretensi untuk secara langsung dapat
membuatmanusia menjadi lebih baik. Istilah moral dikaitkan dengan motif, maksud
dan tujuan berbuat. Moral berkaitan dengan niat. Sedangkan etika adalah studi
tentang moral. Sedangkan menurut Freeman etika terkait dengan moral dan tingkah
laku. Lebih lanjut Scott Kretchmar menyatakan bahwa etika juga mengenai tentang
rasa belas kasih dan simpati-tentang memastikan kehidupan yang baik berbagi
dengan lainnya. Suseno mengatakan bahwa moral selalu mengacu pada baik-buruknya
manusia sebagai manusia. Bidang moral adalah bidang kehidupan manusia dilihat
dari segi kebaikannya sebagai manusia. Norma-norma moral adalah tolok ukur
untuk menentukan betul-salahnya sikap dan tindakan manusia dilihat dari segi
baikburuknya sebagai manusia dan bukan sebagai pelaku peran tertentu dan
terbatas. Perkembangan moral adalah proses, dan melalui proses itu seseorang
mengadopsi nilai-nilai dan perilaku yang diterima oleh masyarakat (Bandura,
1977). Pada dasarnya seseorang yang konsisten menginternalisasi norma dipandang
sebagai seseorang yang bermoral. Para ahli menerapkan apa yang disebut
pendekatan “kantong kebajikan” (Kohlberg, 1981), teori ini percaya bahwa
seseorang mencontoh perilaku orang lain sebagai model atau tauladan yang ia
nilai memiliki sifat-sifat tertentu atau yang menunjukkan perilaku berlandasan
nilai yang diharapkan. Untuk memahami moral Kohlberg (1981) dan Rest (1986)
menyatakan bahwa pemahaman moral berpengaruh langsung terhadap motivasi
danperilaku namun memiliki hubungan yang tak begitu kuat. Hubungan erat pada
empati, emosi, rasa bersalah, latar belakang sosial, pengalaman.
1
C. HAKIKAT KARAKTER
Karakter
dapat dilacak dari kata Latin kharakter, kharassein, dan kharax,
yang maknanya “tools for marking”, “to engrave”, dan “pointed stake”.
Kata ini mulai banyak digunakan (kembali) dalam bahasa Perancis caractere pada
abad ke-14 dan kemudian masuk dalam bahasa Inggris menjadi character,
sebelum akhirnya menjadi bahasa Indonesia karakter. Dalam Kamus
Poerwadarminta, karakter diartikan sebagai tabiat; watak; sifat-sifat
kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang daripada
yang lain. Dengan pengertian di atas dapat dikatakan bahwa membangun
karakter (character building) adalah proses mengukir atau memahat jiwa sedemikian
rupa, sehingga ‘berbentuk’ unik, menarik, dan berbeda atau dapat dibedakan
dengan orang lain. Ibarat sebuah huruf dalam alfabet yang tak pernah sama antara
yang satu dengan yang lain, demikianlah orang-orang yang berkarakter dapat dibedakan
satu dengan yang lainnya (termasuk dengan yang tidak/belum berkarakter atau
‘berkarakter’ tercela). Helen Keller adalah model manusia berkarakter
(terpuji). Dan sejarah hidupnya mendemonstrasikan bagaimana proses membangun
karakter itu memerlukan disiplin tinggi karena tidak pernah mudah dan seketika
atau instant. Diperlukan refleksi mendalam untuk membuat rentetan moral
choice (keputusan moral) dan ditindaklanjuti dengan aksi nyata sehingga
menjadi praksis, refleksi, dan praktik. Diperlukan sejumlah waktu untuk membuat
semua itu menjadi custom (kebiasaan) dan membentuk watak atau tabiat
seseorang. Masalahnya, bila orang-orang yang dikenal cerdas dan berpengetahuan
tidak menunjukkan karakter (terpuji), maka tak diragukan lagi bahwa dunia akan
menjadi lebih dan semakin buruk. Dengan kata lain ungkapan knowledge is
power akan menjadi lebih sempurna jika ditambahkan menjadi knowledge is
power, but character is more. Demikianlah makna penting sebuah
karakter dan proses pembentukkannya yang tidak pernah mudah melahirkan
manusia-manusia yang tidak bisa dibeli. Pendidikan dan pembelajaran olahraga
termasuk pengajaran yang seharusnya bermuara, yakni membangun manusia-manusia
berkarakter (terpuji), manusiamanusia yang memperjuangkan agar dirinya dan
orang-orang yang dapat dipengaruhinya agar menjadi lebih manusiawi, menjadi
manusia yang utuh atau memiliki integritas.
D. HAKIKAT PENDIDIKAN
JASMANI DAN OLAHRAGA
Pendidikan adalah
segenap upaya yang mempengaruhi pembinaan dan pembentukkan kepribadian,
termasuk perubahan perilaku, karena itu pendidikan jasmani dan olahraga selalu
melibatkan dimensi sosial,Karena Pendidkan Jasmani adalah bagian integral
pendidikan secara keseluruhan yang berarti bahwa mempunyai peranan penting
dalam hal dunia pendidikan disamping kriteria yang bersifat fisikal yang
menekankan ketrampilan, ketangkasan dan unjuk “kebolehan’. Dimensi sosial ini
melibatkan hubungan antar orang, antar peserta didik sebagai sebagai
fasilitator atau pengarah. Model pendidikan yang paling tepat untuk menggali potensi
dan memandirikan anak adalah model eksploratif. Sehingga keberhasilan dan kegagalan
bukan semata-mata diukur dengan instrumen intelektual. Pendidikan jasmani dan
olahraga sebagai salah satu sarana pendidikan anak memberikan suatu pengayaan
dalam etika dan moral di masyarakat.
Mengajarkan etika dan
nilai moral sebaiknya lebih bersifat contoh.Tindakan lebih baik baik dari kata-kata.
Nilai Moral itu beraneka macam, termasuk loyalitas, kebajikan, kehormatan,
kebenaran, respek, keramahan, integritas, keadilan, kooperasi dan kedisiplinan.
2
Disiplin diri merupakan
hal penting dalam setiap upaya membangun dan membentuk karakter seseorang.
Sebab karakter mengandung pengertian: (1) Suatu kualitas positif yang dimiliki
seseorang, sehingga membuatnya menarik dan atraktif; (2) Reputasi seseorang;
dan (3) Seseorang yang unusual atau memiliki kepribadian yang eksentrik Pendidikan
jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas
fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam
hal fisik, mental, serta emosional. Pendidikan jasmani memperlakukan anak
sebagai sebuah kesatuan utuh, mahluk total, daripada hanya menganggapnya
sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya. Pada kenyataannya,
pendidikan jasmani adalah suatu bidang kajian yang sungguh luas. Titik
perhatiannya adalah peningkatan gerak manusia. Lebih khusus lagi, penjas berkaitan
dengan hubungan antara gerak manusia dan wilayah pendidikan lainnya karena
Pendidikan jasmani memanfaatkan alat fisik untuk mengembangan keutuhan manusia.
Dalam kaitan ini diartikan bahwa melalui fisik, aspek mental dan emosional pun
turut terkembangkan, bahkan dengan penekanan yang cukup dalam. Berbeda dengan
bidang lain, misalnya pendidikan moral, yang penekanannya benar-benar pada
perkembangan moral, tetapi aspek fisik tidak turut terkembangkan, baik langsung
maupun secara tidak langsung.
Istilah pendidikan
jasmani pada bidang yang lebih luas dan lebih abstrak, sebagai satu proses
pembentukan kualitas pikiran dan juga tubuh. Pendidikan jasmani menyebabkan
perbaikan dalam ‘pikiran dan tubuh’ yang mempengaruhi seluruh aspek kehidupan
harian seseorang. Pendekatan holistik Pendidikan jasmani berarti program
pendidikan lewat gerak atau permainan dan olahraga. Di dalamnya terkandung arti
bahwa gerakan, permainan, atau cabang olahraga tertentu yang dipilih hanyalah
alat untuk mendidik. Olahraga (sport) yang merupakan kegiatan otot yang
energik dan dalam kegiatan itu atlet memperagakan kemampuan geraknya (performa)
dan kemauannya semaksimal mungkin olehnya itu Pendidikan olahraga adalah
pendidikan yang membina anak agar menguasai cabang-cabang olahraga tertentu.
Kepada murid diperkenalkan berbagai cabangolahraga agar mereka menguasai
keterampilan berolahraga. Yang ditekankan di sini adalah ‘ hasil ‘ dari
pembelajaran itu, sehingga metode pengajaran serta bagaimana anak menjalani
pembelajarannya didikte oleh tujuan yang ingin dicapai.
E.
PENGAJARAN
ETIKA DAN MORAL MELALUI PENDIDIKAN JASMANI
Sebagai dasar dari
defenisi pendidikan jasmani yang mengatakan bahwa bagian integral dari
pendidikan secara keseluruhan yang sangat jelas bahwa pendidikan jasmani
mempunyai peranan yang sangat sentral didunia pendidikan oleh sebab itu guru
pendidikan jasmani harus mencoba mengajarkan etika dan nilai dalam proses
belajar mengajar, yang mengarah pada kesempatan untuk membentuk karakter anak.
Karakter anak didik yang dimaksud tentunya tidak lepas dari karakter bangsa
Indonesia serta kepribadian utuh anak, selain harus dilakukan oleh setiap
orangtua dalam keluarga, juga dapat diupayakan melainkan pendidikan nilai di
sekolah. Menurut Johansyah Lubis (2007) pendidikan nilai di sekolah yang bisa
diangkat yaitu:
1. Seluruh
suasana dan iklim di sekolah sendiri sebagai lingkungan sosial terdekat yang
setiap hari dihadapi, selain di keluarga dan masyarakat luas.
2. Tindakan
nyata dan penghayatan hidup dari para pendidik atau sikap keteladanan mereka
dalam menghayati nilai-nilai yang mereka ajarkan akan dapat secara instingtif
mengimbas dan efektif berpengaruh pada peserta didik.
3
3. Semua
pendidik di sekolah, terutama para guru pendidikan jasmani perlu jeli melihat
peluang-peluang yang ada, baik
secara kurikuler maupun non/ekstra kurikuler, untuk menyadarkan pentingnya
sikap dan perilaku positif dalam hidup bersama dengan orang lain, baik dalam
keluarga, sekolah, maupun dalam masyarakat.
4. Secara
kurikuler pendidikan nilai yang membentuk sikap dan perilaku positif juga bisa
diberikan sebagai mata pelajaran tersendiri,
5. Melalui
pembinaan rohani siswa, melalui kegiatan pramuka, olahraga, organisasi,
pelayanan sosial, karya wisata, lomba, kelompok studi, dan teater.
Dalam kegiatan-kegiatan tersebut para pembina
melihat peluang dan kemampuannya menjalin komunikasi antar pribadi yang cukup
mendalam dengan peserta didik (Johansyah Lubis, 2007). Freeman (2001: 210)
dalam buku Physical Education and Sport in A changing Society menyarankan 5
area dasar dari etika yang harus diberikan yaitu : 1) Keadilan dan persamaan,
2) Respek terhadap diri sendiri. 3) Respek dan pertimbangan terhadap yang lain,
4) Menghormati peraturan dan kewenangan , 5) Rasa terhadap perspektif atau
nilai relatif. Pendidik jasmani dalam proses pendidikan sebaiknya mengembangkan
karakter, karakter menurut David Shield dan Brenda Bredemeir adalah empat
kebajikan dimana seseorang mempunyai karakter bagus yang menampilkan : compassion
(rasa belas kasih), fairness (keadilan), sportsmanship
(ketangkasan) dan integritas. Dengan adanya rasa belas kasih, murid
dapat diberi semangat untuk melihat lawan sebagai kawan dalam permainan,
sama-sama bernilai,samasama patut menerima penghargaan. Keadilan melibatkan
tidak keberpihakan, sama-sama tanggung jawab. Ketangkasan dalam olahraga
melibatkan berusaha secara intens menuju sukses. Integritas memungkinkan
seseorang untuk membuat kesalahan pada yang lain, sebagai contoh meskipun
tindakannya negatif penerimannya oleh wasit, teman satu tim ataupun fans.
F.
ETIKA
DAN MORAL DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA
Pokok-pokok etika dan
moral dalam kehidupan berbangsa merupakan acuan bagi pemerintah dan seluruh
bangsa Indonesia dalam rangka menyelamatkan dan meningkatkan mutu kehidupan
berbangsa. Sebagaimana yang tertuang dalam TAP MPR Nomor VI/MPR/2001
mengamanatkan bahwa untuk mewujudkan cita-cita luhur bangsa Indonesia
sebagaimana termaktub dalam pembukaan Undang-Undang dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945 tersebut, diperlukan pencerahan dan sekaligus pengamalan
etika kehidupan berbangsa bagi seluruh rakyat Indonesia, yang mengedepankan
kejujuran, amanah, keteladanan, sportifitas, disiplin, etos kerja, kemandirian,
sikap toleransi, rasa malu, tanggun jawab, menjaga kehormatan serta martabat diri
sebagai warga negara.
Dengan konflik sosial
yang berkepanjangan, berkurangnya sopan santun dan budi luhur dalam pergaulan
sosial, melemahnya kejujuran dan sikap amanah dalam kehidupan berbangsa,
pengabaian terhadap ketentuan hukum dan peraturan yang merupakan krisis
multidimensi yang menjadi ancaman yang serius terhadap persatuan bangsa dan
terjadinya kemunduran dalam pelaksanaan etika dan moral dalam kehidupan
berbangsa yang berasal dari kurangnya penanaman etika dan moral sejak dini yang
sehingga banyak mempengaruhi perkembangan kehidupan secara berkelanjutan.
Dari beberapa alasan
tersebut yang menjadi penghambat sekaligus menjadi ancaman tersebut dinyatakan
akan dapat mengakibatkan bangsa Indonesia mengalami kemunduran dan
ketidakmampuan dalam mengaktualisasikan segenap potensi yang dimilikinya untuk
mencapai persatuan, mengembangkan kemandirian, keharmonisan dan kemajuan.
4
Oleh sebab itu
diperlukan upaya sungguh-sungguh untuk mengingatkan kembali warga bangsa dan
mendorong revitalisasi khazanah etika dan moral yang telah ada dan bersemi
dalam masyarakat sehingga menjadi salah satu acuan dalam kehidupan berbangsa.
Para ahli mengatakan bahwa salah satu penanaman etika dan moral dalan manusia
adalah dengan perbuatan yang artinya tindakan lebih baik dari pada kata-kata. Dari
pandangan dan kata dari para ahli dapat kita tarik sebuah kesimpulan bahwa
dengan tindakan maka sangatlah penting peranan dari dunia pendidikan pada
umumnya dan pelajaran pendidikan jasmani pada khususnya karena dengan pelajaran
pedidikan jasmani disekolah lebih banyak memberikan tindakan-tindakan
pengajaran dari pada Cuma kata-kata. Walaupun disadari bahwa dengan
keterbatasan waktu yang dimiliki tapi itu bukanlah halangan untuk membentuk
etika dan moral yang baik demi perbaikan bengsa dan berusaha mengembalikan nama
baik bangsa dimata dunia. Pepatah mengatakan kalau bukan dari sekarang kapan
lagi.
5
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Sesuai
dengan defenisi konsep Pendidikan jasmani adalah bagian integral pendidikan
secara keseluruhan dan sebagai alat pendidikan mempercepat anak dalam mengembangkan
konsep tentang moral. Mengamati realitas moral secara kritis, akan lebih dekat
pada bentuk permainan, dimana mengamati realitas moral merupakan pendidikan
etika. Dalam permainan compassion, fairness, spormanship dan integritas sangat
lekat didalamnya sehingga mampu memberikan konsep pendidikan etika di dalamnya.
Dukungan lingkungan sekolah dan masyarakat harus dijaga untuk menjaga iklim lingkungan
sosial yang baik, agar mendukung pendidikan etika dan nilai. Guru pendidikan jasmani
dapat mengajarkan nilai dan etika diluar jam pelajaran, terutama saat ektra kurikuler,
kegiatan pramuka, organisasi klub olahraga sekolah dengan melihat peluang yang
tepat dalam pendekatan individu. Membuat mata pelajaran tentang budi pekerti,
tetapi hal ini perlu pembicaraan sesama seksama. Sehinga diharapkan Pendidikan
jasmani dan olahraga merupakan laboratorium bagi pengalaman manusia, oleh sebab
itu guru pendidikan jasmani harus mencoba mengajarkan etika dan nilai dalam
proses belajar mengajar, yang mengarah pada kesempatan untuk membentuk karakter
anak Dari pandangan dan kata dari para ahli dapat kita tarik sebuah kesimpulan
bahwa dengan tindakan maka sangatlah penting peranan dari dunia pendidikan pada
umumnya dan pelajaran pendidikan jasmani pada khususnya karena dengan pelajaran
pedidikan jasmani disekolah lebih banyak memberikan tindakan-tindakan
pengajaran dari pada Cuma kata-kata. Walaupun disadari bahwa dengan
keterbatasan waktu yang dimiliki tapi itu bukanlah halangan untuk membentuk
etika dan moral yang baik demi perbaikan bengsa dan berusaha mengembalikan nama
baik bangsa dimata dunia. Pepatah mengatakan kalau bukan dari sekarang kapan
lagi.
6
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis
panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Berkat
Rahmat dan Hidayah-nya yang telah dilimpahkan kepada penulis,sehingga
makalah ini yang berjudul “ETIKA DAN
MORAL DALAM MENGAJAR PENDIDIKAN JASMANI YANG BERKARAKTER BANGSA” dapat terealisasi dan tersusun walaupun masih dalam
bentuk yang sederhana. Penulisan
makalah ini dalam rangka sebagai tugas
terakhir dari mata kuliah matrikulasi khusus tentang Etika dan Moral dalam
pendidikan jasmani, mudah-mudahan dengan makalah ini dapat membantu memberikan
kontribusi terhadap pentingnya seorang guru Pendidikan Jasmani dalam penanaman etika dan moral terhadap peserta disekolah
demi perbaikan karakter bangsa kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.scribd.com/doc/38456499/Etika-Dan-Moral-Dalam-Pendidikan-Jasmani-Menuju-
Olahraga-Prestasi
Drs. Desi
Fernanda, M.Soc. Sc (2006), Etika dan
Moral Organisasi Pemerintah, Jakarta, Penerbit Lembaga Administrasi Negara RI
http://afifkhoirul.blogspot.com/2010/11/pengaruh-etika-dan-moral-dalam.html
7
Rating: 4.5
Reviewer: Amrank Berachunk
ItemReviewed: Etika Dan Moral dalam Penjaskes
0 komentar:
Posting Komentar