1 Agu 2012

Etika Dan Moral dalam Penjaskes





Tugas             :  Makalah  Individu
Mata Kuliah :  Etika Dan Moral Dalam Pengajaran Penjas & Olahraga


ETIKA DAN MORAL DALAM MENGAJAR PENDIDIKAN JASMANI YANG BERKARAKTER BANGSA

         








NAMA       :  AMRAN
KELAS       :  A
PRODI      :  PENJAS DAN OLAHRAGA



PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR































DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUl         .......................................................................................               i
KATA PENGANTAR           ..................................................................................              ii
BAB I                         PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang      .........................................................               iii
BAB II                        ETIKA DAN MORAL
A.    Hakikat Etika        .......................................................                 1
B.     Hakikat Moral       .......................................................                 1
C.     Hakikat Karakter .......................................................                 2
D.    Hakikat Olahraga Dan Pendidikan Jasmani ................                2
E.     Pengajaran Etika dan Moral Melalui Pendidikan Jasmani.           3
F.      Etika dan Moral Dalam Kehidupan Berbangsa ...........                4
BAB III                      PENUTUP
A.    Kesimpulan           .....................................................                   6
DAFTAR PUSTAKA            ..............................................................................                  7
















BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
Pendidikan Jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, sehingga pendidikan jasmani memiliki arti yang cukup representatif dalam mengembangkan manusia dalam persiapannya menuju manusia Indonesia seutuhnya. Pendidikan jasmani di Indonesia memiliki tujuan kepada keselarasan antara tubuhnya badan dan perkembangan jiwa, dan merupakan suatu usaha untuk membuat bangsa indonesia yang sehat lahir dan batin, diberikan kepada segala jenis sekolah.Pendidikan dalam semua jenjang dan mata pelajaran sebagai alat untuk menumbuhkan saling pengertian dan cinta damai pada para siswa dan masyarakatnya. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang sudah mencapai tahap yang sangat maju, telah merubah pola para remaja dan anak-anak, pada gaya hidup yang semakin menjauh dari semangat perkembangan total, karena lebih mengutamakan keunggulan kecerdasan intelektual, sambil mengorbankan kepentingan keunggulan fisik dan moral individu. Dalam kondisi demikian, patutlah kita mempertanyakan kembali peranan dan fungsi pendidikan, khususnya pendidikan jasmani.
Pendidikan jasmani mempunyai tujuan pendidikan sebagai (1) perkembangan organ-organ tubuh untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran jasmani, 2) perkembangan neuro muskuler, 3) perkembangan mental emosional, 4) perkembangan sosial dan 5) perkembangan intelektual. Tujuan akhir olahraga dan pendidikan jasmani terletak dalam peranannya sebagai wadah unik penyempurnaan watak, dan sebagai wahana untuk memiliki dan membentuk kepribadian yang kuat, watak yang baik dan sifat yang mulia; hanya orang-orang yang memiliki kebajikan moral seperti inilah yang akan menjadi warga masyarakat yang berguna (Baron Piere de Coubertin).Fenomena dalam pendidikan jasmani saat ini, banyak anak yang enggan mengikuti pelajaran pendidikan jasmani karena terkesan membosankan dan menjemukan. Masalah Etika dan Moral Pendidikan jasmani dan olahraga adalah laboratorium bagi pengalaman manusia, karena dalam pendidikan jasmani menyediakan kesempatan untuk memperlihatkan mengembangan karakter. Pengajaran etika dalam pendidikan jasmani biasanya dengan contoh atau perilaku. Pengajar tidak baik berkata kepada muridnya untuk memperlakukan orang lain secara adil kalau dia tidak memperlakukan muridnya secara adil. Selain dari pada itu pendidikan jasmani dan olahraga begitu kaya akan pengalaman emosional. Aneka macam emosi terlibat di dalamnya. Kegiatan pendidikan jasmani dan olahraga yang berakar pada permainan, ketrampilan dan ketangkasan memerlukan pengerahan energi untuk menghasilkan yang terbaik


                                                                        iii
BAB II
ETIKA DAN MORAL
A.   HAKIKAT ETIKA
Istilah etika dan moral secara etimologis, kata ethics berasal dari kata Yunani,ethike yang berarti ilmu tentang moral atau karakter. Studi tentang etika itu secara khas sehubungan dengan prinsip kewajiban manusia atau studi tentang semua kualitas mental dan moral yang membedakan seseorang atau suku bangsa. Moral berasal dari kata Latin, mos dan dimaksudkan sebagai adat istiadat atau tata krama (Rusli Lutan, 2001). Etika tidak mempunyai pretensi untuk secara langsung dapat membuat manusia menjadi lebih baik. Etika adalah pemikiran sistematis tentang moralitas, dimana yang dihasilkannya secara langsung bukan kebaikan, melainkan suatu pengertian yang lebih mendasar dan kritis. (Franz MagnisSuseno,1989). Lebih lanjut dikatakan bahwa etika adalah sebuah ilmu, bukan sebuah ajaran. Jadi etika dan ajaranajaran moral tidak berada di tingkat yang sama. Untuk memahami etika, maka kita harus memahami moral. Dalam etika mengembangkan diri, Orang hanya dapat menjadi manusia utuh kalau semua nilai atas jasmani tidak asing baginya, yaitu nilainilai kebenaran dan pengetahuan, kesosialan, tanggung jawab moral, estetis danreligius. Suatu usaha sangat berharga untuk menyusun nilai-nilai dan menjelaskan makna bagi manusia dilakukan oleh Max Scheler dikemukan sebagai berikut: mengembangkan diri, melepaskan diri dan menerima diri

B.   HAKIKAT MORAL
Moral berasal dari kata Latin,mos dan dimaksudkan sebagai adatistiadat atau tata krama. (Rusli Lutan)Etika tidak mempunyai pretensi untuk secara langsung dapat membuatmanusia menjadi lebih baik. Istilah moral dikaitkan dengan motif, maksud dan tujuan berbuat. Moral berkaitan dengan niat. Sedangkan etika adalah studi tentang moral. Sedangkan menurut Freeman etika terkait dengan moral dan tingkah laku. Lebih lanjut Scott Kretchmar menyatakan bahwa etika juga mengenai tentang rasa belas kasih dan simpati-tentang memastikan kehidupan yang baik berbagi dengan lainnya. Suseno mengatakan bahwa moral selalu mengacu pada baik-buruknya manusia sebagai manusia. Bidang moral adalah bidang kehidupan manusia dilihat dari segi kebaikannya sebagai manusia. Norma-norma moral adalah tolok ukur untuk menentukan betul-salahnya sikap dan tindakan manusia dilihat dari segi baikburuknya sebagai manusia dan bukan sebagai pelaku peran tertentu dan terbatas. Perkembangan moral adalah proses, dan melalui proses itu seseorang mengadopsi nilai-nilai dan perilaku yang diterima oleh masyarakat (Bandura, 1977). Pada dasarnya seseorang yang konsisten menginternalisasi norma dipandang sebagai seseorang yang bermoral. Para ahli menerapkan apa yang disebut pendekatan “kantong kebajikan” (Kohlberg, 1981), teori ini percaya bahwa seseorang mencontoh perilaku orang lain sebagai model atau tauladan yang ia nilai memiliki sifat-sifat tertentu atau yang menunjukkan perilaku berlandasan nilai yang diharapkan. Untuk memahami moral Kohlberg (1981) dan Rest (1986) menyatakan bahwa pemahaman moral berpengaruh langsung terhadap motivasi danperilaku namun memiliki hubungan yang tak begitu kuat. Hubungan erat pada empati, emosi, rasa bersalah, latar belakang sosial, pengalaman.



                                                                        1
C.   HAKIKAT KARAKTER
Karakter dapat dilacak dari kata Latin kharakter, kharassein, dan kharax, yang maknanya “tools for marking”, “to engrave”, dan “pointed stake”. Kata ini mulai banyak digunakan (kembali) dalam bahasa Perancis caractere pada abad ke-14 dan kemudian masuk dalam bahasa Inggris menjadi character, sebelum akhirnya menjadi bahasa Indonesia karakter. Dalam Kamus Poerwadarminta, karakter diartikan sebagai tabiat; watak; sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang daripada yang lain. Dengan pengertian di atas dapat dikatakan bahwa membangun karakter (character building) adalah proses mengukir atau memahat jiwa sedemikian rupa, sehingga ‘berbentuk’ unik, menarik, dan berbeda atau dapat dibedakan dengan orang lain. Ibarat sebuah huruf dalam alfabet yang tak pernah sama antara yang satu dengan yang lain, demikianlah orang-orang yang berkarakter dapat dibedakan satu dengan yang lainnya (termasuk dengan yang tidak/belum berkarakter atau ‘berkarakter’ tercela). Helen Keller adalah model manusia berkarakter (terpuji). Dan sejarah hidupnya mendemonstrasikan bagaimana proses membangun karakter itu memerlukan disiplin tinggi karena tidak pernah mudah dan seketika atau instant. Diperlukan refleksi mendalam untuk membuat rentetan moral choice (keputusan moral) dan ditindaklanjuti dengan aksi nyata sehingga menjadi praksis, refleksi, dan praktik. Diperlukan sejumlah waktu untuk membuat semua itu menjadi custom (kebiasaan) dan membentuk watak atau tabiat seseorang. Masalahnya, bila orang-orang yang dikenal cerdas dan berpengetahuan tidak menunjukkan karakter (terpuji), maka tak diragukan lagi bahwa dunia akan menjadi lebih dan semakin buruk. Dengan kata lain ungkapan knowledge is power akan menjadi lebih sempurna jika ditambahkan menjadi knowledge is power, but character is more. Demikianlah makna penting sebuah karakter dan proses pembentukkannya yang tidak pernah mudah melahirkan manusia-manusia yang tidak bisa dibeli. Pendidikan dan pembelajaran olahraga termasuk pengajaran yang seharusnya bermuara, yakni membangun manusia-manusia berkarakter (terpuji), manusiamanusia yang memperjuangkan agar dirinya dan orang-orang yang dapat dipengaruhinya agar menjadi lebih manusiawi, menjadi manusia yang utuh atau memiliki integritas.

D.   HAKIKAT PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA
Pendidikan adalah segenap upaya yang mempengaruhi pembinaan dan pembentukkan kepribadian, termasuk perubahan perilaku, karena itu pendidikan jasmani dan olahraga selalu melibatkan dimensi sosial,Karena Pendidkan Jasmani adalah bagian integral pendidikan secara keseluruhan yang berarti bahwa mempunyai peranan penting dalam hal dunia pendidikan disamping kriteria yang bersifat fisikal yang menekankan ketrampilan, ketangkasan dan unjuk “kebolehan’. Dimensi sosial ini melibatkan hubungan antar orang, antar peserta didik sebagai sebagai fasilitator atau pengarah. Model pendidikan yang paling tepat untuk menggali potensi dan memandirikan anak adalah model eksploratif. Sehingga keberhasilan dan kegagalan bukan semata-mata diukur dengan instrumen intelektual. Pendidikan jasmani dan olahraga sebagai salah satu sarana pendidikan anak memberikan suatu pengayaan dalam etika dan moral di masyarakat.
Mengajarkan etika dan nilai moral sebaiknya lebih bersifat contoh.Tindakan lebih baik baik dari kata-kata. Nilai Moral itu beraneka macam, termasuk loyalitas, kebajikan, kehormatan, kebenaran, respek, keramahan, integritas, keadilan, kooperasi dan kedisiplinan.


2
Disiplin diri merupakan hal penting dalam setiap upaya membangun dan membentuk karakter seseorang. Sebab karakter mengandung pengertian: (1) Suatu kualitas positif yang dimiliki seseorang, sehingga membuatnya menarik dan atraktif; (2) Reputasi seseorang; dan (3) Seseorang yang unusual atau memiliki kepribadian yang eksentrik Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Pendidikan jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, mahluk total, daripada hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya. Pada kenyataannya, pendidikan jasmani adalah suatu bidang kajian yang sungguh luas. Titik perhatiannya adalah peningkatan gerak manusia. Lebih khusus lagi, penjas berkaitan dengan hubungan antara gerak manusia dan wilayah pendidikan lainnya karena Pendidikan jasmani memanfaatkan alat fisik untuk mengembangan keutuhan manusia. Dalam kaitan ini diartikan bahwa melalui fisik, aspek mental dan emosional pun turut terkembangkan, bahkan dengan penekanan yang cukup dalam. Berbeda dengan bidang lain, misalnya pendidikan moral, yang penekanannya benar-benar pada perkembangan moral, tetapi aspek fisik tidak turut terkembangkan, baik langsung maupun secara tidak langsung.
Istilah pendidikan jasmani pada bidang yang lebih luas dan lebih abstrak, sebagai satu proses pembentukan kualitas pikiran dan juga tubuh. Pendidikan jasmani menyebabkan perbaikan dalam ‘pikiran dan tubuh’ yang mempengaruhi seluruh aspek kehidupan harian seseorang. Pendekatan holistik Pendidikan jasmani berarti program pendidikan lewat gerak atau permainan dan olahraga. Di dalamnya terkandung arti bahwa gerakan, permainan, atau cabang olahraga tertentu yang dipilih hanyalah alat untuk mendidik. Olahraga (sport) yang merupakan kegiatan otot yang energik dan dalam kegiatan itu atlet memperagakan kemampuan geraknya (performa) dan kemauannya semaksimal mungkin olehnya itu Pendidikan olahraga adalah pendidikan yang membina anak agar menguasai cabang-cabang olahraga tertentu. Kepada murid diperkenalkan berbagai cabangolahraga agar mereka menguasai keterampilan berolahraga. Yang ditekankan di sini adalah ‘ hasil ‘ dari pembelajaran itu, sehingga metode pengajaran serta bagaimana anak menjalani pembelajarannya didikte oleh tujuan yang ingin dicapai.

E.   PENGAJARAN ETIKA DAN MORAL MELALUI PENDIDIKAN JASMANI
Sebagai dasar dari defenisi pendidikan jasmani yang mengatakan bahwa bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan yang sangat jelas bahwa pendidikan jasmani mempunyai peranan yang sangat sentral didunia pendidikan oleh sebab itu guru pendidikan jasmani harus mencoba mengajarkan etika dan nilai dalam proses belajar mengajar, yang mengarah pada kesempatan untuk membentuk karakter anak. Karakter anak didik yang dimaksud tentunya tidak lepas dari karakter bangsa Indonesia serta kepribadian utuh anak, selain harus dilakukan oleh setiap orangtua dalam keluarga, juga dapat diupayakan melainkan pendidikan nilai di sekolah. Menurut Johansyah Lubis (2007) pendidikan nilai di sekolah yang bisa diangkat yaitu:
1.      Seluruh suasana dan iklim di sekolah sendiri sebagai lingkungan sosial terdekat yang setiap hari dihadapi, selain di keluarga dan masyarakat luas.
2.      Tindakan nyata dan penghayatan hidup dari para pendidik atau sikap keteladanan mereka dalam menghayati nilai-nilai yang mereka ajarkan akan dapat secara instingtif mengimbas dan efektif berpengaruh pada peserta didik.

3
3.      Semua pendidik di sekolah, terutama para guru pendidikan jasmani perlu jeli melihat
peluang-peluang yang ada, baik secara kurikuler maupun non/ekstra kurikuler, untuk menyadarkan pentingnya sikap dan perilaku positif dalam hidup bersama dengan orang lain, baik dalam keluarga, sekolah, maupun dalam masyarakat.
4.      Secara kurikuler pendidikan nilai yang membentuk sikap dan perilaku positif juga bisa diberikan sebagai mata pelajaran tersendiri,
5.      Melalui pembinaan rohani siswa, melalui kegiatan pramuka, olahraga, organisasi, pelayanan sosial, karya wisata, lomba, kelompok studi, dan teater.
 Dalam kegiatan-kegiatan tersebut para pembina melihat peluang dan kemampuannya menjalin komunikasi antar pribadi yang cukup mendalam dengan peserta didik (Johansyah Lubis, 2007). Freeman (2001: 210) dalam buku Physical Education and Sport in A changing Society menyarankan 5 area dasar dari etika yang harus diberikan yaitu : 1) Keadilan dan persamaan, 2) Respek terhadap diri sendiri. 3) Respek dan pertimbangan terhadap yang lain, 4) Menghormati peraturan dan kewenangan , 5) Rasa terhadap perspektif atau nilai relatif. Pendidik jasmani dalam proses pendidikan sebaiknya mengembangkan karakter, karakter menurut David Shield dan Brenda Bredemeir adalah empat kebajikan dimana seseorang mempunyai karakter bagus yang menampilkan : compassion (rasa belas kasih), fairness (keadilan), sportsmanship (ketangkasan) dan integritas. Dengan adanya rasa belas kasih, murid dapat diberi semangat untuk melihat lawan sebagai kawan dalam permainan, sama-sama bernilai,samasama patut menerima penghargaan. Keadilan melibatkan tidak keberpihakan, sama-sama tanggung jawab. Ketangkasan dalam olahraga melibatkan berusaha secara intens menuju sukses. Integritas memungkinkan seseorang untuk membuat kesalahan pada yang lain, sebagai contoh meskipun tindakannya negatif penerimannya oleh wasit, teman satu tim ataupun fans.

F.    ETIKA DAN MORAL DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA
Pokok-pokok etika dan moral dalam kehidupan berbangsa merupakan acuan bagi pemerintah dan seluruh bangsa Indonesia dalam rangka menyelamatkan dan meningkatkan mutu kehidupan berbangsa. Sebagaimana yang tertuang dalam TAP MPR Nomor VI/MPR/2001 mengamanatkan bahwa untuk mewujudkan cita-cita luhur bangsa Indonesia sebagaimana termaktub dalam pembukaan Undang-Undang dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 tersebut, diperlukan pencerahan dan sekaligus pengamalan etika kehidupan berbangsa bagi seluruh rakyat Indonesia, yang mengedepankan kejujuran, amanah, keteladanan, sportifitas, disiplin, etos kerja, kemandirian, sikap toleransi, rasa malu, tanggun jawab, menjaga kehormatan serta martabat diri sebagai warga negara.
Dengan konflik sosial yang berkepanjangan, berkurangnya sopan santun dan budi luhur dalam pergaulan sosial, melemahnya kejujuran dan sikap amanah dalam kehidupan berbangsa, pengabaian terhadap ketentuan hukum dan peraturan yang merupakan krisis multidimensi yang menjadi ancaman yang serius terhadap persatuan bangsa dan terjadinya kemunduran dalam pelaksanaan etika dan moral dalam kehidupan berbangsa yang berasal dari kurangnya penanaman etika dan moral sejak dini yang sehingga banyak mempengaruhi perkembangan kehidupan secara berkelanjutan.
Dari beberapa alasan tersebut yang menjadi penghambat sekaligus menjadi ancaman tersebut dinyatakan akan dapat mengakibatkan bangsa Indonesia mengalami kemunduran dan ketidakmampuan dalam mengaktualisasikan segenap potensi yang dimilikinya untuk mencapai persatuan, mengembangkan kemandirian, keharmonisan dan kemajuan.
4
Oleh sebab itu diperlukan upaya sungguh-sungguh untuk mengingatkan kembali warga bangsa dan mendorong revitalisasi khazanah etika dan moral yang telah ada dan bersemi dalam masyarakat sehingga menjadi salah satu acuan dalam kehidupan berbangsa. Para ahli mengatakan bahwa salah satu penanaman etika dan moral dalan manusia adalah dengan perbuatan yang artinya tindakan lebih baik dari pada kata-kata. Dari pandangan dan kata dari para ahli dapat kita tarik sebuah kesimpulan bahwa dengan tindakan maka sangatlah penting peranan dari dunia pendidikan pada umumnya dan pelajaran pendidikan jasmani pada khususnya karena dengan pelajaran pedidikan jasmani disekolah lebih banyak memberikan tindakan-tindakan pengajaran dari pada Cuma kata-kata. Walaupun disadari bahwa dengan keterbatasan waktu yang dimiliki tapi itu bukanlah halangan untuk membentuk etika dan moral yang baik demi perbaikan bengsa dan berusaha mengembalikan nama baik bangsa dimata dunia. Pepatah mengatakan kalau bukan dari sekarang kapan lagi.
























5
BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN

Sesuai dengan defenisi konsep Pendidikan jasmani adalah bagian integral pendidikan secara keseluruhan dan sebagai alat pendidikan mempercepat anak dalam mengembangkan konsep tentang moral. Mengamati realitas moral secara kritis, akan lebih dekat pada bentuk permainan, dimana mengamati realitas moral merupakan pendidikan etika. Dalam permainan compassion, fairness, spormanship dan integritas sangat lekat didalamnya sehingga mampu memberikan konsep pendidikan etika di dalamnya. Dukungan lingkungan sekolah dan masyarakat harus dijaga untuk menjaga iklim lingkungan sosial yang baik, agar mendukung pendidikan etika dan nilai. Guru pendidikan jasmani dapat mengajarkan nilai dan etika diluar jam pelajaran, terutama saat ektra kurikuler, kegiatan pramuka, organisasi klub olahraga sekolah dengan melihat peluang yang tepat dalam pendekatan individu. Membuat mata pelajaran tentang budi pekerti, tetapi hal ini perlu pembicaraan sesama seksama. Sehinga diharapkan Pendidikan jasmani dan olahraga merupakan laboratorium bagi pengalaman manusia, oleh sebab itu guru pendidikan jasmani harus mencoba mengajarkan etika dan nilai dalam proses belajar mengajar, yang mengarah pada kesempatan untuk membentuk karakter anak Dari pandangan dan kata dari para ahli dapat kita tarik sebuah kesimpulan bahwa dengan tindakan maka sangatlah penting peranan dari dunia pendidikan pada umumnya dan pelajaran pendidikan jasmani pada khususnya karena dengan pelajaran pedidikan jasmani disekolah lebih banyak memberikan tindakan-tindakan pengajaran dari pada Cuma kata-kata. Walaupun disadari bahwa dengan keterbatasan waktu yang dimiliki tapi itu bukanlah halangan untuk membentuk etika dan moral yang baik demi perbaikan bengsa dan berusaha mengembalikan nama baik bangsa dimata dunia. Pepatah mengatakan kalau bukan dari sekarang kapan lagi.














6
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Berkat Rahmat dan Hidayah-nya yang telah dilimpahkan kepada penulis,sehingga makalah  ini yang berjudul “ETIKA DAN MORAL DALAM MENGAJAR PENDIDIKAN JASMANI YANG BERKARAKTER BANGSA dapat terealisasi dan tersusun walaupun masih dalam bentuk yang sederhana. Penulisan makalah  ini dalam rangka sebagai tugas terakhir dari mata kuliah matrikulasi khusus tentang Etika dan Moral dalam pendidikan jasmani, mudah-mudahan dengan makalah ini dapat membantu memberikan kontribusi terhadap pentingnya seorang guru Pendidikan Jasmani dalam  penanaman etika dan moral terhadap peserta disekolah demi perbaikan karakter bangsa kedepannya.
























DAFTAR PUSTAKA
http://www.scribd.com/doc/38456499/Etika-Dan-Moral-Dalam-Pendidikan-Jasmani-Menuju- Olahraga-Prestasi
Drs. Desi Fernanda, M.Soc. Sc (2006), Etika dan Moral Organisasi Pemerintah, Jakarta, Penerbit     Lembaga Administrasi Negara RI
http://afifkhoirul.blogspot.com/2010/11/pengaruh-etika-dan-moral-dalam.html


























7


Description: Etika Dan Moral dalam Penjaskes
Rating: 4.5
Reviewer: Amrank Berachunk
ItemReviewed: Etika Dan Moral dalam Penjaskes

0 komentar:

Posting Komentar