Secara singkat kontraksi otot jantung terdiri dari 4 peristiwa yaitu :
a. Peristiwarangsangan : rangsangan atau stimulus berasal dari dalam jantung sendiri atau berasal
dari luar jantung. Rangsangan dari luar jantung dapat berupa
rangsangan-rangsangan saraf, listrik, kimia, mekanik, fisik dan lain-lain.
b. Peristiwalistrik stimulus pada potensial ambang dengan rangsangan minimal pada otot jantung
mulai menimbulkan impuls yang mula-mula terjadi pada NSA sehingga timbul aksi
potensial yang akan disebarkan berupa gelombang depolarisasi atau
gelombang kontraksi ke seluruh bagian jantung. Adanya gelombang depolarisasi
akan melepaskan kalsium dari sistem retikulum endoplasma serabut otot jantung.
c. Peristiwa kimia : setelah peristiwa listrik tadi
kalsium kemudian akan berdifusi ke dalam miofibril dan mengkatalisis
reaksi-reaksi kimia sehingga kalsium intrasel akan bertambah banyak. Kalsium
ini akan mengikat protein modulator yaitu troponin. Sementara itu ATP
dihidrolisa untuk pembentukan energi.
d.Peristiwa mekanik. Energi dari ATP tadi akan
menyebabkan pergerakan aktin dan myosin secara tumpang tindih sehingga sarkomer
miofibril memendek, dimana akan mengakibatkan terjadinya kontraksi otot
jantung. Di sini ATP dirubah menjadi ADP.
Mekanisme bagaimana suatu potensial aksi di serat otot jantung menimbulkan
kontraksi di serat tersebut cukup mirip dengan proses penggabungan eksitasi-kontraksidi otot rangka.
Adanya potensial aksi lokal di dalam tubulus T menyebabkan Ca++
dikeluarkan ke dalam sitosol dari simpanan intrasel di retikulum sarkoplasma. Selama potensial aksi Ca++ juga berdifusi dari CES ke dalam
sitosol melintasi membran plasma. Pemasukan Ca++
ini semakin memicu pengeluaran Ca++ dari retikulum
sarkoplasma. Pasokan tambahan Ca++ ini tidak saja merupakan faktor
utama memanjangnya potensial aksi jantung, tetapi juga menyebabkan
pemanjangan periode kontraksi jantung. Peran Ca++ di dalam
sitosol, seperti di otot rangka, adalah berikatan dengan kompleks
troponin-tropomiosin dan secara fisik menggeser kompleks tersebut, sehingga
dapat terjadi siklus jembatan silang dan kontraksi. Pengeluaran Ca++
dari sitosol oleh pompa aktif di membran plasma dan retikulum sarkoplasma
menyebabkan troponin dan tropomiosin kembali dapat menghambat jembatan silang,
sehingga kontraksi berhenti dan jantung melemas.
SISTIM KONDUKSI JANTUNG
Dalam jantung terdapat kumpulan sel-sel jantung
khusus yang mempunyai sifat dapat menimbulkan potensial aksi sendiri tanpa
adanya stimulus dari luar. Sel-sel ini terkumpul dalam suatu sistem yang
disebut sistim konduksi jantung.
Sistim konduksi jantung terdiri :
1. Nodus
sinoatrial - NSA (sering disebut nodus sinus, disingkat sinus). Simpul ini
terletak pada batas antara vena kava superior dan atrium kanan. Simpul ini mempunyai
sifat automatisitas tertinggi dalam sistim konduksi jantung. (70-80 x/menit)
2. Sistim konduksi
intra atrial- dianggap bahwa dalam atrium terdapat jalur-jalur khusus sistim
konduksi jantung yang terdiri dari tiga jalur internodal yang menghubungkan
simpul sinoatrial, simpul atrioventrikular dan jalur Bachman yang menghubungkan
atrium kanan dan kiri.
3. Nodus
atrioventrikular (NAV)-simpul ini terletak di bagian bawah atrium kanan, antara
sinus koronarius dan daun katup trikuspid bagian septal. (40-60 x/menit)
4. Berkas His –
sebuah bekas yang pendek, merupakan kelanjutan simpul AV. Berkas His bersama
simpul AV disebut penghubung AV.
5. Cabang Berkas
–bercabang menjadi dua bagian yaitu berkas kiri dan cabang berkas kanan. Cabang
berkas kiri memberikan cabang-cabang kearah ventrikel kanan.
6. Fasikel –
cabang berkas kiri bercabang menjadi dua bagian yaitu fasikel kiri anterior dan
fasikel kiri posterior.
7. Serabut
Purkinye—merupakan anyaman halus dan berhubungan erat dengan otot jantung.
Secara umum sistem konduksi jantung merupakan satu susunan penghantar
khusus pada jantung terdiri atas dua bagian :
1.
Serabut-serabut otot perangsang yaitu sebagai sistim perangsang bagi
jantung untuk menimbulkan impuls berirama sehingga terjadi kontraksi berirama
daripada otot jantung. Serabut otot perangsang pada
jantung secara normal pada NSA atau Nodus Sinoatrial dan NAV (Nodus
Atrioventrikuler).
2.
Serabut-serabut penghantar yaitu suatu daya konduktif dari jantung untuk
menghantarkan / menyebaran impuls ke seluruh bagian jantung. Serabut-serabut
penghantar di sini misalnya berkas His, serabut Purkinye, serabut transisional,
bundle branches, otot atrium dan ventrikel.
POTENSIAL
AKSI JANTUNG
Gelombang rangsang listrik
jantung tersebar dari nodus SA melalui sistem penghantar menuju miokardium
untuk merangsang kontraksi otot. Rangsangan listrik ini dikenal dengan depolarisasi,
yang diikuti pemulihan listrik kembali yang disebut repolarisasi. Respon
mekaniknya adalah sistolik yaitu kontraksi otot dan diastolik
yaitu relaksasi otot. Aktifitas listrik dari sel yang dicatat secara grafik
dengan perantaraan elektroda intrasel mempunyai bentuk yang khas. Ini disebut potensial aksi. Tiga ion yang
mempunyai fungsi sangat penting dalam elektrofisiologi seluler adalah kalium,
natrium dan kalsium. Kalium adalah kation intrasel utama sedangkan kadar ion
natrium dan kalsium paling tinggi pada lingkungan ekstrasel.
Potensial aksi terdiri dari 5 fase yang sesuai
dengan peristiwa elektrofisiologi tertentu.
1. Fase istirahat / fase 4 : pada
keadaan istirahat, bagian dalam sel relatif negatif sedangkan bagian luarnya
relatif positif. Dengan demikian sel tersebut mengalami depolarisasi. Dalam
keadaan istirahat membran sel lebih permeabel terhadap kalium dibandingkan
dengan natrium. Karena itu sejumlah kecil ion kalium merembes keluar sel dari
daerah yang mempunyai kadar kalium yang tinggi menuju cairan ekstrasel dimana
kadar kalium lebih rendah. Dengan hilangnya ion kalium yang bermuatan positif
dalam sel maka muatan listrik bagian dalam sel tersebut relatif negatif.
2. Depolarisasi
cepat / fase 0 (upstroke)
Depolarisasi sel terjadi akibat permeabilitas
membran terhadap natrium sangat meningkat. Natrium yang terdapat di luar sel
mengalir cepat masuk ke dalam. Masuknya ion natrium yang bermuatan positif
mengubah muatan negatif sepanjang membran sel, sehingga bagian luar sel menjadi
negatif sedangkan bagian dalamnya menjadi positif.
3. Repolarisasi
parsial / Fase-1 (spike)
Segera sesudah depolarisasi maka terjadi sedikit
perubahan mendadak dari kadar ion dan timbul suatu muatan listrik
relatif. Tambahan muatan negatif di dalam sel menyebabkan muatan positifnya agak
berkurang. Sebagai efeknya sebagian dari sel itu mengalami repolarisasi. Secara
normal kadar klorida ekstrasel lebih besar dari intrasel. Disini jumlah natrium
berkurang sedangkan jumlah klorida bertambah sehingga klorida akan masuk
kedalam sel. Akibatnya peristiwa potensial pada membrane lebih bertambah besar
dan bagian dalam sel lebih negative.
4. Fase Plateau / Fase 2
Selama fase ini, tidak terjadi
perubahan muatan listrik melalui membran sel. Jumlah bermuatan positif
yang masuk dan yang keluar berada dalam keseimbangan. Plateau
terutama disebabkan oleh aliran ion kalsium ke dalam sel secara perlahan-lahan.
Normal kadar kalsium ekstrasel lebih besar dari kalium intrasel. Disini terjadi
peningkatan jumlah K dan Ca dimana Ca++ masuk kedalam sel. Masuknya Ca++
kedalam sel diimbangi dengan keluarnya kalium dari sel, sehingga terjadi
perubahan potensial membran. Masuknya kalsium kedalam sel merupakan suatu
trigger terjadinya kontraksi otot jantung.
1. Fase Repolarisasi cepat / Fase 3
Merupakan repolarisasi cepat ke membran potensial
istirahat (MPI). Selama repolarisasi cepat maka aliran muatan kalsium dan
natrium ke dalam sel secara lambat diinaktifkan dan permeabilitas membran
terhadap kalium sangat meningkat. Kalium keluar dari sel dengan demikian
mengurangi muatan positif di dalam sel. Bagian dalam sel akhirnya kembali ke
keadaan yang relatif negatif dan bagian luar sel kembali keadaan yang relatif
positif.
Ringkasnya :
Setelah membran sel kontraktil miokardium ventrikel
tereksitasi, timbul potensial aksi melalui hubungan rumit antara perubahan
permeabilitas perubahan potensial membran sebagai berikut :
v Selama
fase naik potensial aksi, potensial membran
dengan cepat berbalik ke nilai positif sebesar +30 mV
akibat peningkatan mendadak permeabilitas membran terhadap Na+ yang diikuti oleh influks masif Na+. Sejauh ini, prosesnya sama dengan proses di neuron dan sel otot rangka. Permeabilitas Na+ kemudian dengan cepat berkurang ke nilai istirahatnya yang rendah, tetapi, khas untuk sel otot jantung, membran potensial dipertahankan di tingkat positif ini selama beberapa ratus milidelik dan menghasilkan fase datar (plateau phase) potensial aksi. Sebaliknya, potensial aksi di neuron dan sel otot rangka berlangsung kurang dari satu milidetik.
dengan cepat berbalik ke nilai positif sebesar +30 mV
akibat peningkatan mendadak permeabilitas membran terhadap Na+ yang diikuti oleh influks masif Na+. Sejauh ini, prosesnya sama dengan proses di neuron dan sel otot rangka. Permeabilitas Na+ kemudian dengan cepat berkurang ke nilai istirahatnya yang rendah, tetapi, khas untuk sel otot jantung, membran potensial dipertahankan di tingkat positif ini selama beberapa ratus milidelik dan menghasilkan fase datar (plateau phase) potensial aksi. Sebaliknya, potensial aksi di neuron dan sel otot rangka berlangsung kurang dari satu milidetik.
v Permeabilitas
Na+ kemudian dengan cepat berkurang ke nilai istirahatnya yang
rendah, tetapi, khas untuk sel otot jantung, membran potensial dipertahankan di
tingkat positif ini selama beberapa ratus milidelik dan menghasilkan fase datar (plateau phase) potensial
aksi. Sebaliknya, potensial aksi di neuron dan sel otot rangka berlangsung
kurang dari satu milidetik.
v Fase turun
potensial aksi yang berlangsung cepat terjadi akibat inaktivasi saluran Ca++
dan pengaktifan saluran K+. Penurunan permeabilitas Ca++
menyebabkan Ca++ tidak lagi masuk ke dalam sel, sedangkan
peningkatan mendadak permeabilitas K+ yang terjadi bersamaan
menyebabkan difusi cepat K+ yang positif ke luar sel. Dengan
demikian repolarisasi cepat yang terjadi pada akhir fase datar terutama
disebabkan oleh efluks K+, yang kembali membuat bagian dalam
sel lebih negatif daripada bagian luar dan memulihkan potensial
membran ke tingkat istirahat.
Langkah-langkah
Penggabungan Eksitasi-Kontraksi dan Relaksasi
1
|
Asetilkolin yang dikeluarkan
dari ujung terminal neuron motorik mengawali potensial aksi di sel
otot yang merambat di seluruh permukaan membran.
|
2
|
Aktivitas listrik permukaan
dibawa ke sentral serat otot oleh tubulus T.
|
3
|
Penyebaran
potensial aksi ke tubulus T mencetuskan pelepasan simpanan Ca 2+ dari kantung lateral.
|
4
|
Ca2+ yang
dilepaskan berikatan dengan troponin
dan mengubah bentuknya, sehingga kompleks
troponin-tropomiosin tergeser ke samping, membuka tempat pengikatan jembatan
silang aktin.
|
5.
|
Bagian
aktin yang terpajan tsb berikatan dengan jembatan silang myosin yang
sebelumnya telah mendapat energi dari
penguraian ATP menjadi ADP + Pi + energi oleh ATPase myosin di
jembatan silang.
|
6.
|
Pengikatan aktin dan myosin
di jematan silang menyebabkan jembatan silang menekuk,
menghasilkan suatu gerakan mengayun
kuat yang menarik filamen tipis ke arah dalam. Pergeseran ke arah dalam semua filamen tipis yang mengelilingi filamen tebal memperpendek sarkomer (kontraksi otot).
|
7.
|
Selama
power
stroke tersebut, ADP + Pi dibebaskan dari jembatan silang.
|
8.
|
Perlekatan
sebuah molekul ATP baru memungkinkan terlepasnya
jembatan silang yang mengembalikan bentuknya ke konformasi semula.
|
9.
|
Penguraian
sebuah molekul ATP baru oleh ATPase myosin kembali memberikan energi bagi jembatan silang.
|
10
|
Bila
masih ada Ca 2+ sehingga kompleks troponin-tropomiosin tetap tergeser ke samping, jembatan silang kembali menjalani siklus pengikatan dan penekukan, menarik filamen tipis selanjutnya.
|
11
|
Bila tak lagi ada potensial aksi lokal
& Ca 2+ kembali
ke kantung lateral, kompleks troponin tropomiosin bergeser ke posisi menghambatnya,sehingga aktin+myosin tidak
lagi berikatan di jembatan silang dan filamen tipis bergeser kembali ke posisi
istirahat =:> proses relaksasi
|
SUSUNAN
SARAF OTONOM PADA JANTUNG
Jantung dipersarafi oleh kedua divisi sistem
saraf otonom, yang dapat memodifikasi kecepatan (serta kekuatan) kontraksi.
Saraf parasimpatis ke jantung, yaitu saraf vagus, terutama mempersarafi atrium,
terutama nodus SA dan AV. Persarafan parasimpatis ke ventrikel tidak
signifikan. Saraf-saraf simpatis jantung juga mempersarafi atrium, termasuk
nodis SA dan AV, serta banyak mempersarafi ventrikel.
Stimulasi parasimpatis dan
simpatis menimbulkan efek-efek berikut pada jantung.
Efek Stimulasi Parasimpatis Pada
Jantung
v Pengaruh sistem saraf parasimpatis pada nodus SA
adalah untuk menurunkan kecepatan denyut jantung. Asetilkolin yang dikeluarkan
akibat peningkatan aktivitas parasimpatis menyebabkan peningkatan permeabilitas
nodus SA terhadap K+ dengan memperlambat penutupan saluran K+.
Akibatnya, kecepatan pembentukan potensial aksi spontan melambat melalui efek
ganda sebagai berikut :
ü Peningkatan permeabilitas K+
menyebabkan hiperpolarisasi membran nodus SA karena lebih banyak ion kalium
yang keluar daripada normal, sehingga bagian dalam semakin lebih negatif.
ü Peningkatan permeabilitas K+
yang diinduksi oleh stimulasi vagus juga melawan penurunan otomatis
permeabilitas K+ . Efek melawan ini menurunkan kecepatan
depolarisasi spontan. Dengan demikian, nodus SA lebih jarang mencapai ambang
dan lebih sedikit menghasilkan potensial aksi. Hal ini
menurunkan kecepatan denyut jantung.
ü Pengaruh
parasimpatis pada nodus AV menurunkan eksitabilitas nodus tersebut. Stimulasi
parasimpatis pada sel-sel kontraktil atrium mempersingkat potensial aksi, suatu
efek yang dianggap disebabkan oleh penurunan kecepatan arus masuk yang dibawah
oleh Ca++; yaitu, fase datar berkurang. Akibatnya, kontraksi atrium
melemah. Sistem parasimpatis tidak mempengaruhi kontraksi ventrikel karena
tidak adanya persarafan parasimpatis ke ventrikel. Dengan demikian, jantung
bekerja secara “lebih santai” dibawah pengaruh parasimpatis akibatnya jantung
berdenyut lebih lambat serta waktu atara kontraksi atrium dan ventrikel
memanjang, dan kontraksi atrium melemah. Efek-efek ini sesuai dengan kenyataan bahwa
sistem parasimpatis mengontrol kerja jantung dalam situasi-situasi yang santai
dan tenang saat tubuh tidak menuntut peningkatan curah jantung.
Efek Stimulasi Simpatis Pada Jantung
ü Sebaliknya, sistem saraf simpatis,
yang mengontrol kerja jantung pada situasi-situasi darurat atau sewaktu
berolahraga, yaitu saat terjadi peningkatan kebutuhan akan aliran darah,
mempercepat denyut jantung melalui efeknya pada jaringan pemacu. Efek utama
stimulasi simpatis pada nodus SA adalah meningkatkan kecepatan depolarisasi.
Norepinefrin yang dikeluarkan dari ujung-ujung saraf simpatis tampaknya
menurunkan permeabilitas K+ dengan mempercepat inaktivasi saluran K+.
Dengan berkurangnya ion kalium yang keluar, bagian dalam sel menjadi kurang
negatif dan timbul efek depolarisasi. Pergeseran ke ambang yang berlangsung
lebih cepat di bawah pengaruh simpatis ini menyebabkan peningkatan frekuensi
pembentukan potensial aksi dan, dengan demikian, kecepatan denyut jantung
meningkat.
ü Stimulasi simpatis pada nodus AV
mengurangi perlambatan nodus AV dengan meningkatkan kecepatan penghantaran.
Demikian juga, stimulasi simpatis mempercepat penyebaran potensial aksi di
seluruh jalur penghantar khusus.
ü Di sel-sel kontraktil atrium dan
ventrikel, yang kedunya memiliki banyak ujung saraf simpatis, stimulasi
simpatis meningkatkan kekuatan kontraktil, sehingga jantung berdenyut lebih
kuat dan memeras lebih banyak darah keluar. Efek ini terjadi akibat peningkatan
permeabilitas Ca++, yang meningkatkan influksi Ca++ dan
memperkuat partisipasi Ca++ dalam proses penggabungan
eksitasi-kontraksi.
Efek Sistem Saraf Otonom Pada Jantung dan Struktur
Yang mempengaruhi
Jantung
DAERAH YANG TERPENGARUH
|
EFEK STIMULASI PARASIMPATIS
|
EFEK STIMULASI SIMPATIS
|
Nodus SA
Nodus AV
Jalur penghantar ventrikel
Otot atrium
Otot ventrikel
Medula
adrenal
(suatu kelenjar endoktrin)
Vena |
Penurunan kecepatan depolarisasi ke ambang; penurunan kecepatan
denyut jantung.
Penurunan eksitabilitas; peningkatan perlambatan
nodus AV
Tidak ada efek
Penurunan kontraktilitas; melemahkan kontraksi
Tidak ada efek
Tidak ada efek
Tidak ada efek
|
Peningkatan kecepatan depolarisasi ke ambang; peningkatan
kecepatan denyut jantung.
Peningkatan eksitabilitas; penurunan perlambatan nodus AV
Meningkatkan eksitabilitas; meningkatkan hantaran melalui berkas His dan sel Purkinje
Meningkatkan kontraktilitas; memperkuat kontraksi
Meningkatkan koktraktilitas; memperkuat kontraksi Mendorong sekresi epinefrin, suatu hormon yang memperkuat efek sistem saraf simpatis pada jantung, oleh medula adrenal. Meningkatkan aliran balik vena, yang meningkatkan kekuatan kontraksi jantung melalui mekanisme Frank-Starling |
MEKANISME
KONTRAKSI OTOT "TEORI SLIDING-.FI LAMEN"
Dengan menggunakan mikroskop listrik, orang dapat membandingkan
struktur
otot secara
mendetil, antara otot dalam
keadaan relaksasi dan otot dalam keadaan kontraksi. Secara mekanis-fisiologis, teori sliding filamen dapat dibagi menjadi 5 fase, yaitu:
1). dalam keadaan istirahat
2). rangkaian eksitasi (excitation-coupling)
3). waktu kontraksi
4). pengisian
muatan (recharging)
5). relaksasi.
Waktu istirahat
Dalam keadaan istirahat, ujung-ujung filamen aktin yang berasal dari 2 garis Z yang berurutan, satu
sama lain tiak mengalami tumpang tindih, cross-bridge filamen miosin melebar ke arah filamen aktin, tetapi tidak berinteraksi. Molekul ATP terikat
di bagian ujung cross-bridge.
Pada saat istirahat, rangkaian (keadaan) ini
dinyatakan sebagai "rangkaian cross-bridge ATP tanpa muatan". Seperti
disebutkan sebelumnya, bahwa Ca2+ disimpan dalam jumlah yang besar dalam kantong-kantong
(kecil) retikulum _ sarkoplasma. Pada saat
Ca 2* tidak ada, sistem
troponin tropomiosin pada filamen
aktin menghambat cross-bridge miosin untuk berinteraksi dengan filamen aktin, sehingga filamen aktin dan filamen miosin tidak serangkai.
Rangkaian Eksitasi
Apabila impuls rangsangan
syaraf motor mencapai ujung lempeng motor (motor
endplate), asetilkolin dikeluarkan, merangsang timbulnya impuls
(potensial aksi) di dalam sarkolemma
serabut otot. Impuls ini diperkirakan disebarkan dengan cepat ke seluruh
serabut otot melalui T-tubu!us.
T-tubulus ini terbentang berdekatan dengan retikulum sarkoplasma, juga terbentuk di seluruh permukaan miofibril. Dalarn perjalanan,
impuls ini menyebabkan keluarnya Ca2+ dari kantong-kantorg kecill (vechicel) retikulum sarkoplasma. Kemudian, Ca2+ dengan cepat
diikat oleh molekul
troponin yang ada di filamen aktin. Keadaan ini, dinamakan dalam keadaan "turn
on", dan menyebwbkan ion Ca2+ merubah bentuk struktur baik
troponin maupun tropomiosin. Secara
bersamaan rangkaian ATP-cross-bridge yang
tidak "bermuatan" dirubah menjadi
rangkaian ATP-cross bridge "bermuatan". Bagian yang aktif pada
filamen aktin yang dalarn keadaan turn
on ini dan rangkaian ATP cross
bride yang "bermuatan' menyebabkan dua protein saling tertarik satu sama lain. Pada waktu rangkaian~ATP Cross
bridge mengkait pada aktin, miosin
dapat membantu sebagai enzim untuk memecah ATP menjadi ADP + P, (fosfat
inorganik) dengan bersamaan mengeluarkan energi kimia sehingga kepala
miosin berputar ke bagian tengah jalur A
sambil menarik filamen aktin. Miosin
yang bertindak sebagai enzim untuk
memecah ATP ini dinamakan "aktivitas miosin ATPase" atau "aktivifas
aktomiosin ATPase".
ATP ----------- ADP + Pi
+ energi untuk kontraksi aktivitas miosin
ATPase
Waktu Kontraksi
Formasi aktivitas
akiomiosin sebagai komponen enzim yang dinamakan miosin ATPase berfungsi
memecah ATP menjadi ADP dan Pi dengan mengeluarkan sejumlah besar energi.
Energi yang dikeluarkan ini memberi kesempatan
(menyebabkan) kepada cross-bridge untuk
berputar
dan membuat sudut baru sedemikian rupa, sehingga filamen aktin meluncur ke
arah satu sama lain (menjadi
tumpang tindih) ke bagian tengah jalur A. Karena filamen aktin tumpang tindih satu
sama lain, garis Z menjadi tertarik dan
saling berdekatan satu sama lain,
msnyebabkan jalur I
memendek. Selain itu menyebabkan daerah H
pada jalur A menjadi tidak kelihatan karena ditempati oleh filamen
aktin. Meluncurnya filamen aktin ke
arah yang berlawanan, sehingga menyebabkan mereka
tumpang tindih selama kontraksi berlangsung, dinamakan:,_teori "sliding filament ,
Ratusan filamen aktin yang
ditarik ke bagian tengah jalur A pada miofibril, garis Z (tempai melekatnya filamen aktin)
bergerak saling berdekatan, Sehingga
sarkomer memendek.
Apabila seluruh atau sebagian
dari panjangnya sarkormer memendek, tendon yang melekatkan otot pada tulang akan tertarik saling berdekatan dan menyebabkan terjadinya gerakan.
Tetapi apabila gerakan tidak memungkinkan
karena beban terlalu berat, jaringan ikat pada otot dan tendon akan
mengalami tegangan yang disebabkan oleh memendeknya sebagian sarkomer.
Setiap
cross-bridge menggerakkan filamen aktin ke bagian tengah jalur A, ratusan cross-bridge lainnya sepanjang
miofibril membuat kaitan (kait =
menempel) yang lain dengan
filamen tipis untuk membantu timbulnya
gerakan. Secara bersama-sama ratusan lainnya lagi, lepas dari tempat kaitannya dan membuat ancang-ancang untuk
mengkait aktin lebih jauh lagi ke
bagian tengah jalur A sepanjang miofibril. Pengkaitan yang berulang-ulang, lepas, dan
mengakitnya kemabali cross-bridge ke
filamen aktin dinamakan "daur cross-bridge".
Setelah cross bridge
diaktivasi oleh ATP, kepala miosin akan mengkait sendiri ke tempat
mengikatnya aktin yang sedang terbuka, dan kepala miosin yang menjadikan
dirinya sebagai enzim untuk membantu mengeluarkan energi dari ATP, kemudian melepaskan diri dari aktin. Dalam kejadian
ini selalu diperlukan molekul ATP yang masih baru. Rangkaian miosin-ATP,
pada saat dikeluarkan dari tempat ikatannya yang semula, ia bebas
untuk mengkait kembali ke bagian aktin lainnya yang lebih dekat dengan garis Z
untuk memulai
"daur cross-bridge" yang baru. Hal ini harus diingat/ditekankan, bahwa ketika sebagian
kepala miosin melepaskan diri dari aktin, sebagian lainnya tetap
mengkait untuk mempertahankan kontraksi. Dengan lain perkataan, otot tidak akan pernah relaksasi
selama daur cross-bridge berlangsung: fenomena ini terjadi selama kontraksi yang sangat kuat.
Disamping itu perlu juga diketahui bahwa kegagalan otot untuk relaksasi dalam
keadaan kaku mayat disebabkan oleh kurang tersedianya ATP untuk melepaskan
cross-bridge miosin dari filamen aktin.
Pengisian Muatan Kembali
Sebuah cross-bridge dapat lepas-dan-mengkait dengan bagian yang aktif pada filamen aklin beratus-ratus kali dalam
suatu kontraksi otot yang berlangsung dalam
waktu yang singkat. Untuk ini, cross-bridge miosin harus diisi muatan kembali (recharged).
Langkah pertama dalam
pengisian muatan, melepaskan ikatan yang lama antara
aktin dan cross-bridge miosin. Untuk menyelesaikannya, adalah dengan mengisi kembali crossbridge miosin dengan molekul ATP yang baru. Pada waktu pengisian kembali
ATP, ikatan antara cross-bridge miosin dengan bagian yang aktif pada
filamen aktin terputus, sehingga rangkaian
ATP cross-bridge bebas dari aktin. Cross-bridge dan juga bagian yang aktif dapat menyebabkan daur kontraksi yang berlang-ulang. Tetapi apabila ATP tidak tersedia,
seperti pada keadaan setelah kematian, cross-bridge tetap berkait pada
aktin dan otot dikatakan dalam keadaan kaku
mayat.
Relaksasi
Kalau otot dirangsang dalam
waktu yang tidak terlalu lama, aliran rangsangan syaraf keseluruh
syaraf motor terhenti - menyebabkan airan Ca2- terhenti, sehingga
tidak ada lagi ikatan antara Ca2- dengan troponin; Ca2+ , dipompa dengan aktif (Ca 2+, pump)
kembali ke tempat penyimpanan di bagian luar kantong-kantong kecil retikulum
sarkoplasma.
Keadaan ini
menyebabkan troponin bebas lagi untuk menghambat interaksi aktin dengan miosin; filamen aktin menjadi "turn
off", dan rangkaian ATP cross-bridge tidak mampu lagi untuk membentuk
ikatan dengan bagian yang aktif. Keadaan ini mengakibatkan:
1). mencegah
segala kegiatan/pekerjaan mekanik hubungan antara cross-bridge dengan filamen
aktin
2) mengurangi aktivitas miosin ATPase, sehingga tidak terjadi lagi pemecahan
ATP.
Dengan tidak terjadinya
pemecahan ATP, filamen aktin dan filamen miosin kembali ke tempat
semula, sehingga otot relaksasi.
Proses
kontraksi seperti yang diuraikan dikatakan kontraksi konsentrik (pemendekan), garis
Z tertarik ke arah bagian tengah
sarkomer. Bentuk kontraksi ini denqan jelas kelihatan pada otot biceps saat mengangkat suatu benda atau pada kerja positif - positive work (melawan gravitasi), seperti pada waktu
latihan bergantung (pull-up). Bentuk
gerakan yang berlawanan ialah: kerja
negatif - negative work (mengikuti gravitasi), filamen aktin meluncur keluar dari bagian tengah sarkomer. Ini dikatakan kontraksi Eksentrik (pemanjangan).
Pada kedua kasus tersebut rangkaian ATP cross-bridge lepas dan berkait, seperti halnya
filamen aklin terlarik keluar dan tumpang tindih tergantung kebutuhan. Tetapi pada kontraksi Isometrik
atau Statik, terjadi
pemendekan otot, filamen aktin relatif tetap pada posisinya ketika rangkaian ATP
cross-bridge dalam ulangan daurnya untuk mengadakan tegangan.
Description: KONTRAKSI OTOT JANTUNGRating: 4.5
Reviewer: Amrank Berachunk
ItemReviewed: KONTRAKSI OTOT JANTUNG
0 komentar:
Posting Komentar