2 Des 2011

Fenomena HIV / AIDS.

Tentunya semua pembaca berfikir, kenapa saya angkat artikel yang sudah basi ini? Permasalahan HIV/AIDS di Indonesia seakan tidak ada habisnya, sejak ditemukan pada tahun 1987 di Bali, hingga kini jumlah kasus cenderung mengalami peningkatan yang signifikan. Hal ini dapat dilihat pada jumlah kasus diIndonesiayang telah mencapai 21.770 per Juni 2010 (Dirjen PPM&PL Depkes). Data kasus tersebut ternyata bukanlah angka yang sebenarnya, data sebenarnya dapat dipastikan sangat lebih banyak atau yang biasa kita bilang adalah fenomena gunung es.
Oleh sebab itu, hati saya tergugah untuk kembali mengingatkan kita semua akan bahaya dari penyakit yang mematikan ini dan untuk menggambarkan ganasnya HIV/AIDS..
Fenomena HIV/AIDS telah menjadi persoalan dunia, nasional, dan daerah bahkan keluarga. Berbagai upaya telah dan sedang dilakukan, tetapi hasilnya belum menunjukkan titik terang. HIV/AIDS telah menjadi epidemi yang sangat serius mengancam kesehatan masyarakat dunia, sampai-sampai PBB pun mendirikan badan tersendiri untuk mengurusi epidemi yang satu ini, yaitu UNAIDS. Sementara itu, sejak tahun 1990, Badan Kependudukan Dunia (UNFPA) yang sudah lebih dulu berdiri juga berperan aktif untuk melawan penyebaran HIV/AIDS, dengan cara menjalankan program yang komprehensif di bidang kesehatan reproduksi. Program ini dilakukan baik melalui pemberian informasi dan pendidikan kepada masyarakat maupun advokasi untuk memobilisasi komitmen politis dan memfasilitasi kebijakan yang mendukung kesehatan reproduksi.
Indonesia merupakan salah satu negara yang telah terserang penyakit berbahaya itu. Faktanya bahwa pada  tahun 2010 ada 20.564 kasus HIV/AIDS yang terjadi di Indonesia. Berdasarkan informasi dari Komisi Penanggulangan AIDS dan data resmi dari Kementerian Kesehatanpada triwulan kedua tahun 2011 terlaporkan sebanyak 6.087 kasus baru HIV. Sampai akhir Juni 2011 secara kumulatif jumlah kasus AIDS tercatat sebanyak 26.483 kasus. Dilihat dari kelompok umur, pengidap terbesar pada kelompok umur 20-29, yaitu sebanyak 36,4%, disusul dengan kelompok umur 30-39 tahun sebanyak 34,5%.

Sedangkan faktor penyebabnya telah bergeser di mana transmisi HIV secara heteroseksual menjadi penyebab utama (76,3%), disusul oleh transmisi HIV melalui penggunaan NAPZA suntik tidak aman (16,3%), dan kemudian oleh transmisi HIV secara homoseksual (2,2%).

Di samping itu Indonesia juga tergolong sebagai negara dengan epidemi HIV dan AIDS terkonsentrasi, di mana pada wilayah-wilayah tertentu, prevalensi populasi kunci sudah mencapai 5 persen atau lebih. Bahkan Provinsi Papua tergolong sebagai daerah generalized epidemic dimana masyarakat umum pengidap HIV dan AIDS sudah lebih dari 1 persen.Angka yang sangat besar dan pasti akan semakin bertambah setiap tahun. Penyakit HIV/AIDS secara langsung berdampak pada penurunan kualitas  SDM, apalagi penyakit HIV/AIDS dapat menurun kepada keturunannya.

Stigma Negatif

HIV/AIDS di negeri kita masih merupakan stigma negatif sehingga masyarakat sering mengucilkan dan menolak mereka yang sudah divonis terinfeksi HIV atau ODHA (orang dengan HIV/AIDS). Bentuk penolakan yang sering kali diterima oleh ODHA, yaitu tidak diakui lagi sebagai anggota keluarga, diberhentikan dari pekerjaannya karena diketahui HIV positif, diminta pindah dari tempat tinggalnya, ditolak untuk menggunakan layanan rumah sakit; transportasi; atau akomodasi hotel, dan dikeluarkan dari sekolah. Belum lagi sering kita lihat dan kita dengar kunjungan ke kamar perawatan ODHA tanpa seizin yang bersangkutan, pelaporan kasus HIV positif oleh institusi kesehatan yang menyertakan identitas lengkap sampai pembocoran status HIV positif oleh orang lain tanpa seizin yang bersangkutan. Bahkan Yayasan Spritia pada tahun 2002 menunjukkan banyaknya stigma negatif dan diskriminasi di sektor perawatan kesehatan termasuk di dalamnya konseling dan tes HIV, sekitar 30 persen responden yang diwawancarai pernah mengalami penolakan oleh petugas kesehatan, bahkan 15 persen tertunda perawatannya karen status HIV positif.

Perlakuan masyarakat terhadap ODHA sama halnya dengan mencabut haknya sebagai manusia. Sedangkan manusia hidup dimuka bumi memiliki hak dan kewajiban yang sama, namun terkadang terjadi pemarginalan-pemarginalan. Terkadang ada individu atau komunitas yang terisolir karena dianggap kehadirannya membawa bencana atau musibah sebagaimana yang dialami oleh ODHA. Kehadirannya tersebut dalam masyarakat dianggap sebagai sampah dan tak layak diperlakukan sebagaimana masyarakat pada umumnya. Hak-hak dari mereka tak terpenuhi serta terabaikan.

Perlakuan-perlakuan diskriminasi tersebut dapat menyebabkan timbulnya tekana psikologis pada penderita ODHA. Teori psikoanalisa berpendapat bahwa adanya tekanan emosional negatif, serta konflik-konflik dapat memicu timbulnya stress. Stress juga dapat disebabkan oleh faktor-faktor kognitif dan behavior, yaitu adanya ancaman fisik, emosi-emosi negatif seperti kekecewaan, penyesalan, dan kekhawatiran dapat menyebabbkan sistem biologis tubuh menjadi tegang dan selalu dalam kondisi darurat, dimana dalam jangka waktu yang lama yang tidak dapat ditanggung dapat menyebabkan timbulnya stress.
Description: Fenomena HIV / AIDS.
Rating: 4.5
Reviewer: Amrank Berachunk
ItemReviewed: Fenomena HIV / AIDS.

0 komentar:

Posting Komentar