4 Des 2011

Mengenal Suku Alam Kec.Kajang

Suku Kajang adalah suku yang mendiami desa-desa di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan. Desa suku Kajang yang utama adalah desa Tana Toa. Selebihnya, mereka tersebar di desa Bonto Baji, Malleleng, Pattiroang, Batu Nilamung, dan Tambangan.
Rumah adat suku Kajang berbentuk rumah panggung, ‘tak jauh beda bentuknya dengan rumah adat suku Bugis-Makassar. Bedanya, setiap rumah dibangun menghadap ke arah barat. Membangun rumah melawan arah terbitnya matahari dipercayai mampu memberikan berkah.
Wilayah desa suku Kajang dikelilingi hutan-hutan yang terawat dan masih perawan. Suku Kajang memang memiliki adat untuk menjaga lingkungan. Toh hutan-hutan itu jugalah yang menjadi sumber penghidupan bagi mereka.
Ciri khas suku Kajang yang paling menonjol adalah pakaian adatnya yang serba hitam. Bagi mereka, hitam adalah persamaan. Tidak ada beda antara hitam yang satu dengan yang lain. Selain itu, hitam juga merupakan simbol kesakralan.
Suku Kajang atau yang lebih dikenal dengan suku Adat Ammatoa adalah sebuah suku yang terdapat pada kebudayaan sulawesi selatan, Masyarakat Kajang di bisa di jumpai pada Kabupaten Bulukumba lebih tepatnya kecamatan kajang. Sebuah Suku Klasik yang masih kental akan adat istiadatnya yang sangat sakral.

Masyarakat adat Ammatoa tinggal berkelompok dalam suatu area hutan yang luasnya sekitar 50 km. Mereka menjauhkan diri dari segala sesuatu yang berhubungan dengan hal-hal moderenisasi, kegiatan ekonomi dan pemerintahan Kabupaten Bulukumba. Mungkin disebabkan oleh hubungan masyarakat adat dengan lingkungan hutannya yang selalu bersandar pada pandangan hidup adat yang mereka yakini.

Hitam merupakan sebuah warna adat yang kental akan kesakralan dan bila kita memasuki kawasan ammatoa pakaian kita harus berwarna hitam. Warna hitam mempunyai makna bagi Mayarakat Ammatoa sebagai bentuk persamaan dalam segala hal, termasuk kesamaan dalam kesederhanaan. tidak ada warna hitam yang lebih baik antara yang satu dengan yang lainnya. Semua hitam adalah sama. Warna hitam menunjukkan kekuatan, kesamaan derajat bagi setiap orang di depan sang pencipta. Kesamaan dalam bentuk wujud lahir, menyikapi keadaan lingkungan, utamanya kelestarian hutan yang harus di jaga keasliannnya sebagai sumber kehidupan.

Suku Kajang dalam lebih teguh memegang adat dan tradisi moyang mereka dibanding penduduk kajang luar yang tinggal di luar perkampungan. Rumah-rumah panggung yang semuanya menghadap ke barat tertata rapi, khususnya yang berada di Dusun Benteng tempat rumah Amma Toa berada. Tampak beberapa rumah yang berjejer dari utara ke selatan. Di depan barisan rumah terdapat pagar batu kali setinggi satu meter. Rumah Amma Toa berada beberapa rumah dari utara.

Dalam bahasa bugis Konjo yang kental merupakan bahasa suku yang selama ini sebagai media kkomunikasi antar sesama masyarakat suku kajang.

Rumah Adat Suku Kajang bila kita melihat secara fisik tidak jauh beda dengan rumah adat masayarakat bugis makassar struktur yang tinggi dan masih mempergunakan kekayaan hutan disekitar untuk membuatnya

Begitu banyak Kebudayaan yang dimiliki oleh Masyarakat Bugis Makassar sudah sepantasnya lah kita melestarikan kebudayaan tersebut. Suku Kajang salah satu dari sekian banyaknya budaya nusantara yang masih kental akan adat istiadatnya..

Ajaran tentang menjaga lingkungan dan kesederhanaan hidup tersebut tertuang dalam ajaran agama Patuntung, agama suku Kajang. Patuntung, secara bahasa, berarti penuntun. Penuntun untuk mencari sumber kebenaran.
Ajaran utama agama Patuntung adalah jika manusia ingin mendapatakan sumber kebenaran maka manusia harus menyandarkan diri pada tiga pilar utama: menghormati Turiek Akrakna (Tuhan), tanah yang diberikan Turiek Akrakna (tana toa atau lingkungan secara umum), dan nenek moyang (To Manurung atau Ammatoa).
Percaya pada Turiek Akrakna adalah hal mendasar dalam agama Patuntung. Suku Kajang percaya bahwa Turiek Akrakna adalah sang Maha Kekal, Maha Mengetahui, Maha Perkasa, dan Maha Kuasa.
Turiek Akrakna menurunkan perintahnya kepada masyarakat Kajang melalui passang (pesan atau wahyu) yang diberikan kepada manusia pertama yang diturunkan ke dunia, To Manurung atau yang kemudian disebut Ammatoa.
Passang berisi pengetahuan hidup yang harus ditaati. Kalau tidak ditaati maka akan terjadi hal-hal buruk. Salah satu contoh passang adalah: punna suruki, bebbeki. Punna nilingkai, pesoki (kalau kita jongkok, gugur rambut dan tidak tumbuh lagi. Kalau dilangkahi, lumpuh).
Agar pasang tersampaikan dengan baik maka Turiek Akrakna memerintahkan Ammatoa untuk menjaga dan menyebarkannya. Ammatoa juga berfungsi sebagai mediator antara Turiek Akrakna dengan manusia. Makanya, adat suku Kajang sering juga disebut adat Ammatoa. Description: Mengenal Suku Alam Kec.Kajang
Rating: 4.5
Reviewer: Amrank Berachunk
ItemReviewed: Mengenal Suku Alam Kec.Kajang

1 komentar:

Unknown mengatakan...

wah LENGKAP BOS ARTIKELNYA SALUT
salam kenal dari kami Rental Mobil Makassar

Posting Komentar